YOGYA, AYOYOGYA.COM – Upaya memperkuat ekosistem ekonomi lokal di kawasan wisata Bokoharjo, Sleman, kini mendapat energi baru dengan hadirnya Batik Putra Boko, pusat oleh-oleh sekaligus rumah bagi puluhan UMKM dari wilayah sekitar. Berlokasi strategis tepat di barat simpang jalan tembus Sleman–Gunungkidul, gerai tiga lantai ini menjadi pusat oleh-oleh pertama yang berdiri di area Candi Ratu Boko.
Founder dan CEO Batik Putra Boko, Anis Suci Fajarwati, mengatakan pendirian gerai ini bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi warga lokal.
“Hadirnya Batik Putra Boko ini membawa semangat untuk mengangkat potensi wisata daerah, termasuk memberikan warna pariwisata terutama di Bokoharjo. Diharapkan, pusat oleh-oleh ini menjadi pionir bagi destinasi wisata yang lain, sehingga akan ada pertumbuhan ekonomi yang lain di sekitar Bokoharjo,” ujarnya dalam keterangannya.
Menurut Anis, keberadaan toko ini juga memiliki kedekatan emosional dengan tanah kelahiran ayahnya.
“Karena memang almarhum ayah saya itu kan berasal dari daerah sini. Jadi saya ingin menjadi pionir toko oleh-oleh terutama untuk daerah Jogohan Bokoharjo, selain ini dan mengangkat nilai-nilai daerah serta membawa peluang kerja untuk masyarakat sekitar,” katanya.
Konsep gerai ini tidak hanya menghadirkan interior bernuansa destinasi wisata Jogja, tetapi juga secara tegas mengutamakan produk, UMKM, serta tenaga kerja dari wilayah sekitar Bokoharjo.
“Dari segi UMKM jual itu kita mengutamakan dari warga sekitar, produk-produk batiknya pun juga begitu. Jadi dari kita penjahitnya, dari pegawainya, dari SDM-nya terutama itu kita mengutamakan yang daerah berdekatan,” terang Anis.
Saat ini, sekitar 50 UMKM terlibat dalam Batik Putra Boko, bagian dari lebih dari 100 UMKM yang sudah bermitra dengannya di seluruh cabang Batik Putra Boko.
Baca Juga: Dari Amerika ke Jogja: Love, Chaos, Kin Ajak Publik Refleksi Tentang Adopsi Etis dan Identitas
“Kalau total ada seratus (UMKM) lebih di toko saya. Saya sudah sepuluh tahun itu di grosir batik Yudhistira itu adalah awal mula dan di sini adalah brand baru,” jelasnya.
UMKM dipilih sebagai tulang punggung gerai karena Anis ingin memberikan ruang tumbuh bagi penjahit rumahan dan pelaku usaha kecil yang sedang berkembang.
“Karena saya juga memulai bisnis itu dari kampus ya, dengan modal seadanya gitu,” ungkapnya.
Anis menceritakan bagaimana ia memulai bisnis batik pada 2010, saat batik baru saja diresmikan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Berawal dari coba-coba, ia kini total menjalani bisnis ini sejak 2015.
Artikel Terkait
Grand Opening Grosir Batik Benang Ratu Yogyakarta Buka Cabang Baru, Belanja Batik Diskon 10 Persen Sekaligus Wisata Edukasi Membatik
Batik Benang Raja: Menyajikan Kebahagiaan Berbatik untuk Semua Kalangan Masyarakat
BRI Beri Pendampingan Digital, Batik Ethnic Gendhis Sukses Jualan Online
Sinergi BRI Bantu UMKM, Batik Parang Kaliurang Raih Panggung Nasional
Taspen Bawa UMKM Binaan Tampil di Pameran Batik Bergengsi Tanah Air
Yamaha Gelar SOTR 3, Hadirkan Touring, Upacara, hingga Belajar Batik
Batik Giriloyo Naik Kelas Berkat Pendampingan BNI dan Mitra Akademisi
Dari Gempa ke Gemilang, Kisah Nur Ahmadi dan Kebangkitan Batik Giriloyo
Batik dan Gen Z, Saat Warisan Lama Mencari Napas Baru
BRI Dorong Batik Siger Go Digital dan Berkelanjutan Lewat Program Pembinaan