Batik dan Gen Z, Saat Warisan Lama Mencari Napas Baru

photo author
- Sabtu, 1 November 2025 | 14:17 WIB
Seminar bertajuk “Batik: Penghubung Cerita dan Nilai Antar Generasi” di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat (31/10/2025). (Dok.)
Seminar bertajuk “Batik: Penghubung Cerita dan Nilai Antar Generasi” di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat (31/10/2025). (Dok.)

YOGYA, AYOYOGYA.COM- Di tengah gempuran industri modern dan tren fesyen cepat, batik Indonesia berdiri di antara dua dunia, antara tradisi yang sarat makna dan tekanan ekonomi yang menuntut efisiensi. Di balik corak dan warna yang memesona, tersimpan kisah tentang budaya, kerja keras, serta perjuangan perempuan-perempuan yang menjaga warisan ini tetap bernapas.

 

Seminar bertajuk “Batik: Penghubung Cerita dan Nilai Antar Generasi” di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat (31/10/2025), menjadi ruang refleksi bersama tentang arah baru batik Indonesia. Para budayawan, perajin, dan generasi muda membicarakan masa depan kain pusaka ini bukan sekadar dari sisi estetika, tetapi juga sosial, lingkungan, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

 

Afif Syakur, Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad Yogyakarta, menegaskan bahwa batik tak boleh dipandang hanya sebagai barang dagangan. Baginya, setiap goresan canting memuat filosofi dan perjalanan hidup pembuatnya.

 

“Itu (batik) ada jalan hidup kita yang kita tuang di situ, cerminan hidup kita yang kita tuang di situ,” ujarnya.

 

Afif menilai, industrialisasi membuat batik kian menjauh dari akar budayanya. Nilai spiritual dan filosofi yang dulu melekat mulai tergeser oleh logika pasar. Ia mengingatkan agar keseimbangan antara ekonomi dan budaya tidak terputus.

 

“Budaya menjadi fondasi perekonomian, perekonomian untuk fondasi budaya. Ini tidak boleh dilepaskan,” tegasnya.

 

Di balik keindahan batik, tersimpan realitas yang tidak selalu indah. Karina Rima dari Perkumpulan Batik dan Bordir Indonesia (PBBI) Sekar Jagad memaparkan, sebagian besar pembatik adalah perempuan yang bekerja secara harian, tanpa jaminan sosial maupun pendapatan tetap.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X