“Sebagian besar pembatik adalah perempuan yang bekerja dari rumah atau di kelompok kecil. Banyak di antara mereka berstatus pekerja harian tanpa jaminan sosial. Kalau hari itu tak ada pesanan, ya tak ada penghasilan,” ungkapnya.
Karina juga menyinggung persoalan lingkungan di sentra-sentra batik seperti Pekalongan dan Laweyan. Pergeseran dari pewarna alami ke bahan kimia membuat sungai-sungai di sana berubah warna.
“Bahkan ada ungkapan di Pekalongan, ‘kalau sungainya hitam berarti payu’ artinya batik sedang laku,” ujarnya.
“Tapi kita perlu refleksi, apakah keberhasilan ekonomi pantas dibayar dengan kerusakan lingkungan?” katanya menambahkan.
Ia mendorong lahirnya model usaha yang lebih berkeadilan, seperti koperasi batik perempuan dan teknologi ramah lingkungan. Upaya ini, menurutnya, bukan hanya solusi teknis, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai hidup yang diwariskan batik.
Nilai Budaya yang Bergerak
Romo Gregorius Budi Subanar, SJ, menekankan bahwa batik harus tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Ia mengingatkan, perubahan zaman memang tak bisa dihindari, namun nilai-nilai di baliknya harus terus hidup.
“Jangan hanya menerima batik sebagai benda mati, tapi lihatlah sebagai simbol yang terus hidup dan bisa diolah sesuai konteksnya,” ujarnya.
Artikel Terkait
Bantu IKM Kerajinan dan Batik, BBSPJIKB Kemenperin Gelar Business Matching dan Pelatihan bagi IKM
Cewek Wajib Punya, Ternyata Inilah 5 Dress Batik Termurah 2023, Cuss Girls!
Grand Opening Grosir Batik Benang Ratu Yogyakarta Buka Cabang Baru, Belanja Batik Diskon 10 Persen Sekaligus Wisata Edukasi Membatik
Batik Benang Raja: Menyajikan Kebahagiaan Berbatik untuk Semua Kalangan Masyarakat
BRI Beri Pendampingan Digital, Batik Ethnic Gendhis Sukses Jualan Online
Sinergi BRI Bantu UMKM, Batik Parang Kaliurang Raih Panggung Nasional
Taspen Bawa UMKM Binaan Tampil di Pameran Batik Bergengsi Tanah Air
Yamaha Gelar SOTR 3, Hadirkan Touring, Upacara, hingga Belajar Batik
Batik Giriloyo Naik Kelas Berkat Pendampingan BNI dan Mitra Akademisi
Dari Gempa ke Gemilang, Kisah Nur Ahmadi dan Kebangkitan Batik Giriloyo