YOGYA, AYOYOGYA.COM - Film dokumenter Love, Chaos, Kin karya sutradara Chithra Jeyaram untuk pertama kalinya ditayangkan di Indonesia melalui Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025.
Film ini membawa perhatian pada isu identitas, keluarga, dan praktik adopsi yang etis di Amerika Serikat.
Sutradara Love, Chaos, Kin, Chithra Jeyaram, menyatakan bahwa filmnya lahir dari perjalanan pribadi sekaligus kegelisahan terhadap praktik adopsi lintas budaya yang jarang mendapat sorotan dalam narasi arus utama.
“Love, Chaos, Kin muncul dari pergulatan pribadi saya sebagai seorang imigran India yang mempertimbangkan adopsi,” kata Chithra Jeyaram, Senin (1/12/2025).
Film ini mengisahkan Anjali dan Meghna, dua anak kembar kulit putih yang diadopsi oleh keluarga Indian-Amerika bertradisi Hindu sejak usia sepuluh bulan. Meski tumbuh dalam kasih sayang, keduanya merindukan hubungan dengan ibu kandung mereka, Brandy, yang hidup dalam kondisi tunawisma.
Situasi berubah ketika ibu angkat mereka, Lakshmi, mengalami kehamilan tak terduga. Kesadaran akan pentingnya ikatan antara anak dan orang tua kandung membuat Lakshmi berusaha membantu kedua putrinya terhubung kembali dengan Brandy dan ayah kandung mereka yang merupakan keturunan penduduk asli Amerika.
Perjalanan itu membuka lapisan permasalahan sosial: kesenjangan kelas, pengalaman menjadi imigran, hingga pergulatan identitas anak-anak yang terjebak di antara tiga dunia, keluarga kulit putih, latar budaya India dari keluarga angkat, dan warisan budaya pribumi mereka.
“Film ini menunjukkan bagaimana warga sehari-hari dapat menjembatani perpecahan dan bersatu untuk anak-anak yang mereka cintai,” ujar Chithra.
Melalui kampanye dampaknya, Love, Chaos, Kin mendorong dialog tentang adopsi terbuka, menyediakan ruang aman bagi anak angkat untuk berbagi pengalaman, dan memperjuangkan akses terhadap akta kelahiran asli. Film ini juga bertujuan membantu calon orang tua angkat membuat keputusan yang lebih berinformasi.
Chithra menekankan bahwa filmnya merupakan kontra-narasi terhadap gambaran umum keluarga adopsi yang kerap menampilkan orang tua angkat kulit putih dengan anak-anak kulit berwarna. Dengan menampilkan keluarga multikultural dan multiras, ia ingin menghadirkan visibilitas baru atas keragaman dinamika keluarga Amerika.
“Melalui Love, Chaos, Kin, saya ingin mengadvokasi praktik adopsi yang etis dan berperspektif trauma, yang memprioritaskan kesejahteraan anak serta mempertahankan hubungan dengan keluarga kandung,” tutur Chithra.
Lebih lanjut, ia berharap film ini diharapkan membuka percakapan lintas komunitas tentang inklusivitas, identitas, dan makna keluarga yang lebih luas, serta menampilkan harapan, empati, dan keterhubungan sebagai penangkal narasi negatif terhadap imigran. ***
Artikel Terkait
Dari Pesantren ke Layar Lebar, Wamenag Dorong Santri Berkarya Lewat Film Islami
Iko Uwais Persembahkan 'Timur', Buka Babak Baru Film Laga Indonesia
‘Sosok Ketiga: Lintrik’, Film Horor Nusantara dengan Sentuhan Emosional Siap Tayang di Bioskop
RIBA : Film Horor yang Mengingatkan Masyarakat akan Bahaya Riba dan Keserakahan
VMS Studios Ramaikan JAFF Market, Umumkan Empat Film Unggulan untuk 2026
Tayang Tahun Depan, Visinema Hadirkan Nostalgia untuk Generasi Kini Lewat Film Na Willa
JAFF Market 2025: Amar Bank Perkenalkan Platform Bisnis untuk Pelaku Industri Film
VMS Studio Rilis Poster Film Penerbangan Terakhir
Maxstream Bawa Karya Sineas Muda ke JAFF Lewat Tiga Film Pendek
Film Panjang Laut Bercerita Siap Tayang 2026, Adaptasi Besar dari Novel Fenomenal