“Dalam dunia politik informasi menjadi oksigen, kunci yang menggerakkan semua persepsi bahkan semua perilaku. Kalau zaman dulu dari media massa ada gatekeeper teman-teman wartawan, di sini siapa pun bisa jadi content creator. Di sini ada peluang hoaks dengan mudah diproduksi dan dengan cepat tersebar,” kata Nyarwi.
Upaya menekan penyebaran hoaks memang telah bermunculan, baik berupa gerakan literasi dari berbagai kalangan masyarakat maupun upaya-upaya dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Selain itu, Nyarwi menilai para elite politik kini juga cukup hati-hati dalam menyebarkan informasi melalui media sosial demi menjaga citra dirinya.
Kondisi ini membawa harapan untuk meredanya hoaks, namun kunci penentu dipegang oleh para elite politik dan kesadaran mereka dalam melakukan komunikasi politik secara bijak.
Baca Juga: Bawaslu Bantul Tetapkan 51 Anggota Panwaslu Kecamatan Pemilu 2024, Cek Faktanya
“Kembali lagi pada aktor elite politik, sejauh mana mereka punya kesadaran itu. Bermain dengan hoaks itu seperti main api, bisa merugikan para aktor yang berkontestasi juga,” ucapnya.
Senada dengan Mada dan Andi, ia juga menekankan pentingnya komunikasi politik yang berfokus pada visi misi dan orientasi kebijakan.
“Komunikasi politik yang baik bukan hanya persuasif tetapi mencerahkan dan menginspirasi,” ucapnya
Artikel Terkait
Pemilu 2024, Ini Kesiapan Bawaslu Kabupaten Sleman
Bawaslu Bantul Konsentrasi Awasi Tahapan Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Parpol Peserta Pemilu 2024
2 Oknum Pegawai Bawaslu Depok Diduga Tilap Dana Hibah Hingga Rp1,1 M
Mendadak! Belasan Orang Mengadu ke Bawaslu Sleman, Ini Sebabnya
Info Loker Jogja! Bawaslu Sleman Buka Pendaftaran Panwaslu Kecamatan