MAGELANG, AYOYOGYA.COM- Pasar Kebon Watu Gede yang terletak di Dusun Jetak, Sidorejo, Bandongan, Kecamatan Magelang, pasar yang sudah ada sejak 2018 inj kembali dibuka setelah tutup selama dua tahun karena pandemi covid. Pembuatan pasar ini juga terinspirasi dari pasar Papringan yang terdapat di Temanggung.
Nama Watu Gede sendiri, diambil bukan karena adanya batu besar yang ada di pasar tersebut, melainkan adanya mitos bahwa bila menemukan batu besar di tempat tersebut, maka bila mencalonkan menjadi kepala desa ia akan terpilih.
Awalnya pasar ini hanyalah kebun bambu, yang tidak terawat, namun kemudian oleh pemuda setempat yang tergabung dalam karang taruna, mengubah kebun ini menjadi pasar dengan konsep tradisional tanpa plastik, lapak-lapak pun di bangun berdasarkan hasil swadaya sendiri. Para pedagang pun menyambut dengan suka cita dibukanya kembali pasar ini meskipun, sebelum pandemi pasar ini memiliki 56 orang pedagang, namun setelah pandemi berkurang menjadi 48 pedagang.
Baca Juga: Svargabumi Borobudur, Ubud-nya Magelang yang Tawarkan Spot Foto Dengan Panorama Persawahan
Dilansir dari akun instagram @pasarwatugede para pengunjung juga antusian dan menunggu dibukannya kembali pasar ini, mereka mengungkapkan kangen dengan suasana dan berbagai olahan masakan tradisional yang terdapat di pasar tersebut.
Berbeda dengan pasar pada umunya, pasar ini mengusung konsep tradisonal dengan suasana pedesaan yang bertempat di kebun bambu. Berbagai olahan masakan tradisonal yang sudah jarang di temui di kota pun tersedia di pasar tersebut, mulai dari cenil, sate, geblek, gudeg, soto, puthu, rambut nenek, wedang uwuh, wedang talang, jadah bakar dan sebagainya. Selain makanan terdapat juga mainan tradisional anak berbahan kayu dan bambu seperti otok-otok, pletokan, dan angklung bambu.
Baca Juga: Intip Pesona Wisata Kebun Stroberi Inggit di lereng Gunung Merbabu Magelang
Keunikan pasar ini, selain tempat dan bahan penjualannya, juga dalam kegiatan jual beli, pembeli harus menggunakan benggol atau uang yang terbuat dari bambu, satu benggol senilai Rp. 2.000 yang dapat di tukar sebelum memasuki wilayah pasar. Pasar ini hanya buka tiap Minggu Legu dan Minggu Pahing pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB.
Adanya pasar ini dapat dijadikan objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, suasana pedesaan, dapat merefreshkan kembai otak, setelah penat dengan rutinitas sehari-hari.
Adanya pasar ini diharapkan dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat Dusun Jetak, selain itu adanya pasar ini juga mengangkat citra dusun.
Baca Juga: Dukung Pendidikan di Magelang, KAI Daop 6 Salurkan Bantuan CSR
Demikian ulasan mengenai Pasar Kebon Watu Gede. Semoga dapat mengispirasi dan bermanfaat.
(Indah Nuryulianingsih / Magang Ayoyogya)
Artikel Terkait
Banyak Aset dan Bangunan Dikuasai Pihak Ketiga, KAI Daop 6 Jogja Gandeng Kejari Magelang
Menengok Asyiknya Menikmati Kuliner Sore di Rindam Diponegoro Magelang
Keunikan Desa Janari Magelang, Tempat Edukasi Wisata dengan Julukan Kampung Pendekar
Jarang Diketahui, Berikut Isi Prasasti Mantyasih Sejarah Berdirinya Kota Magelang
Wisata Silancur Highland Magelang, Tawarkan Panorama Pegunungan yang Tak Terlupakan