Dari Gempa ke Gemilang, Kisah Nur Ahmadi dan Kebangkitan Batik Giriloyo

photo author
- Rabu, 29 Oktober 2025 | 11:38 WIB
Nur Ahmadi, pembatik asal Wukirsari, menjadi sosok penting di balik kebangkitan Batik Giriloyo pascagempa 2006. Dari perjuangan sederhana bersama warga, ia mengubah desanya menjadi pusat edukasi dan wisata batik yang kini dikenal hingga mancanegara.
Nur Ahmadi, pembatik asal Wukirsari, menjadi sosok penting di balik kebangkitan Batik Giriloyo pascagempa 2006. Dari perjuangan sederhana bersama warga, ia mengubah desanya menjadi pusat edukasi dan wisata batik yang kini dikenal hingga mancanegara.

Head of Brand Communication PT Astra International Tbk Yudha Prasetya menuturkan bahwa kehadiran Astra di berbagai daerah, termasuk Desa Wukirsari, merupakan wujud nyata dari komitmen perusahaan dalam membangun desa yang berdaya. Program ini tidak hanya berfokus pada pemberian bantuan, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif warga sebagai pelaku utama yang memahami kebutuhan dan potensi wilayahnya sendiri.

Sejalan dengan itu, Chief of Corporate Affairs Astra, Riza Deliansyah, menjelaskan bahwa program Desa Sejahtera Astra (DSA) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sekaligus memperkuat daya saing produk lokal. Astra mengembangkan potensi masyarakat melalui empat klaster utama, yaitu perikanan, pertanian, kopi, dan kriya; di mana Wukirsari termasuk dalam klaster kriya karena kekuatan budaya dan ekonominya terletak pada batik serta kerajinan tradisional.

Riza menegaskan bahwa peran Astra bukan untuk mencari keuntungan finansial secara langsung, melainkan membantu desa-desa di Indonesia agar mampu 'naik kelas'.

"Tugas kita membuat desa desa naik kelas. Bagi Astra, sebenernya tidak ada untung apa-apa secara langsung. Tapi memberikan peningkatan pendapatan bagi mereka suatu kebahagiaan bagi kami, melihat bahwa ternyata dari dana CSR Astra ini bermanfaat bagi masyarakat, tuturnya.

Baca Juga: Cinta Budaya Jogja, Fakultas Kedokteran Inisasi Gerakan Desa Batik Sehat

Menjual Pengalaman, Bukan Sekadar Kain

Nur Ahmadi menunjukkan proses pembuatan Batik Giriloyo hingga pengolahan limbahnya di Desa Wukirsari.
Nur Ahmadi menunjukkan proses pembuatan Batik Giriloyo hingga pengolahan limbahnya di Desa Wukirsari.

Kini, desa ini tak hanya punya galeri batik, tapi juga sistem koperasi modern untuk mengelola usaha wisata, homestay, dan bahan baku batik. Para wisatawan bisa belajar batik langsung di rumah warga, bahkan membeli paket membatik untuk dibawa pulang. “Kadang wisatawan pengin belajar di rumah, beli kainnya, lilinnya, kompornya. Semuanya bisa kami siapkan,” kata Ahmadi.

Kebangkitan Giriloyo juga menjadi bagian dari cerita besar batik Indonesia di panggung dunia. Secara nasional, ekspor batik Indonesia mencapai lebih dari USD 60 juta per tahun, dengan pasar utama ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Di antara lembaran kain yang dikirim keluar negeri itu, ada goresan tangan-tangan dari Wukirsari sebagai hasil kerja keras ratusan pengrajin yang menjaga kearifan lokal tetap hidup di tengah arus globalisasi.

Dengan pewarna alami dari pohon tingi, mahoni, hingga mengkudu yang tumbuh di sekitar desa, batik Giriloyo tak hanya indah dipandang, tapi juga ramah lingkungan. Ia adalah simbol keseimbangan antara budaya, alam, dan teknologi.

Desa Wukirsari sebagai Kawasan Berbasis Kekayaan Intelektual 2025 Kategori Kawasan Karya Cipta

Kini tak ada yang menyangka, desa yang dahulu hanya dikenal sebagai tempat pengrajin batik rumahan kini berdiri sejajar dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai penerima Penghargaan Kekayaan Intelektual Komunal Tahun 2025.

Dari ratusan desa di Indonesia, hanya dua nama yang disebut yakni Keraton Yogyakarta dan Kalurahan Wukirsari, Bantul. Sebuah capaian yang bukan datang tiba-tiba, melainkan hasil dari puluhan tahun ketekunan membatik, mengukir wayang, dan menjaga denyut budaya agar tak lekang dimakan waktu.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, yang tatkala saat itu hadir dalam acara penyerahan penghargaan, menyebut pencapaian ini sebagai tonggak baru bagi daerahnya.

“Sangat besar artinya bagi Wukirsari dan Bantul. Agar tidak hanya sekadar dilestarikan, tetapi juga menjadi sumber motivasi. Saya berharap Wukirsari semakin percaya diri dan mampu memperkuat program-program yang meneguhkan jati dirinya sebagai Kawasan Karya Cipta,” ujarnya dengan nada bangga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ananda Muhammad Firdaus

Tags

Rekomendasi

Terkini

X