Tragedi Kanjuruhan Malang Bukan 100 Persen Kelalaian Negara, Salah Siapa?

photo author
- Senin, 10 Oktober 2022 | 12:30 WIB
Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan korban. (Twitter)
Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan korban. (Twitter)

Fanatisme oknum suporter membutuhkan perhatian serius. Apakah perlu ada kurikulum di sekolah yang dapat mengarahkan bagaimana menjadi suporter yang punya etika, adab, dan sportif bahkan religius? Apakah perlu Menjadi suporter bersyarat , harus telah mendapat pendidikan kepribadian suporter yang baik ? Apakah harus diminta sertifikat layak sebagai syarat menjadi suporter menonton bola yang aman dan berjiwa besar siap menerima kekalahan pemain idolanya? , Atau suporter menjalani gladi dahulu sebelum pertandingan.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan: Kisah Pilu di Pintu Gate 13, Banyak Anak Kecil dan Perempuan Meninggal

Menjadi pemain bola itu lelah,
Menjadi aparat juga lelah, hanya menjadi suporter yang tak akan merasa lelah, hanya tinggal duduk, beri tepukan, beri lagu-lagu penyemangat, tapi ya sudahlah, entah masih bisa menjaga adab entah tidak, yang jelas Kejadian kanjuruan yang ikut menelan korban anak dan perempuan bukan kelalaian negara. Tidak ada asap jika tidak ada api. itu sudah qadar dan takdir , bahwa jalanya kematian seseorang yang hendak Allah beri beragam.

Mungkin , alangkah baiknya jika perempuan dan anak-anak jangan membiasakan diri untuk menjadi penonton sepak bola di stadion. Karena saat terjadi kisruh , perempuan dan anak-anak paling rentan. Tidak ada kewajiban juga untuk menonton bagi perempuan dan anak-anak. Tragedi Kanjuruhan tak perlu saling menyalahkan, yang perlu adalah bagaimana agar pertandingan sepak bola di negeri ini, terbebas dari jiwa-jiwa yang tidak sportif untuk menerima pilihan menang atau kalah. Salam satu jiwa , jiwa yang sportif dan beradab.

 

Penulis: Riri Permatasari (Pemerhati Sosial Kemasyarakatan)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peringatan HUT Kota Jogja dan Hegemoninya

Senin, 10 Oktober 2022 | 11:30 WIB

Sebuah Catatan Tentang Haul 5 Ulama DPW PKB DIY

Jumat, 22 April 2022 | 14:00 WIB

Catatan Sederhana Muktamar PBNU di Mata Mahasiswa

Senin, 27 Desember 2021 | 19:00 WIB
X