SLEMAN, AYOYOGYA.COM – Sebanyak 40 warga dan pengelola desa wisata Pulesari Wonokerto Turi sangat antusias belajar membuat ecoenzyme. Antusiasme mereka terlihat saat diselenggarakan Pelatihan Pengelolaan Limbah Cair Domestik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Kamis 22 September 2022 di Ruang Pertemuan De Pule, Desa Wisata Pulesari Wonokerto Turi.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Ishadi Zayid, SH, secara terpisah terkait dengan pelaksanaan Pelatihan Pengelolaan Limbah Cair Domestik tersebut.
Ishadi Zayid menambahkan bahwa aktivitas wisatawan, masyarakat dan pengelola desa wisata tentu tidak lepas dari munculnya sampah atau limbah domestik. Terlebih lagi desa wisata Pulesari tergolong desa wisata yang memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi, sehingga potensi masalah yang berupa sampah dan limbah akan jauh lebih tinggi.
Sehingga sangatlah tepat apabila Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman bekerjasama dengan UGM dan instansi terkait memberikan pendampingan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan limbah domestik yang selama ini hanya dibuang dan tidak menghasilkan manfaat. Justru membuat dampak negatif yang berupa bau dan pemandangan yang tidak sedap.
Dengan pengelolaan limbah secara bijak maka akan dihasilkan ecoenzyme yang memiliki manfaat serbaguna yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat setempat ataupun juga oleh wisatawan yang berkunjung ke desa wisata.
Ecoenzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari proses fermentasi sisa-sisa sampah domestik diantaranya sisa buah atau sayuran (kulit buah, potongan sayuran, sisa buah).
Baca Juga: Bantul akan Kembangkan Sistem Pengelolaan Sampah Antara, Ini Penjelasannya!
Adapun ecoenzyme memiliki manfaat yang serbaguna atau multiguna untuk keperluan luar dan bukan untuk dikonsumsi. Diantara manfaat tersebut adalah sebagai pembersih udara/air purifier, penghasil ion negatif, pupuk pertanian, membersihkan kolam, sebagai sabun mencuci piring/ baju, mengepel lantai, membersihkan kompor/ alat dapur, membasmi pestisida, antiradiasi, membersihkan kamar mandi, bahkan juga bisda untuk mandi, keramas, cuci tangan, berkumur, gosik gigi, menyembuhkan bisul, eksim dan luka bakar serta sebagai desinfektan.
Sedangkan menurut Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Wasita, program pelatihan pengelolaan limbah tersebut selain menghadirkan narasumber dari UGM sebagai Monitoring Center Sustainable Observatory Program Sustainable Tourism Development yaitu Dr. Ir. Muhammad, ST, MT dan Dr. Henri Aji Kusworo, M.Sc. dengan materi Pemanfaatan Ecoenzym sebagai Penyelamat Lingkungan, dalam kesempatan tersebut juga dihadirkan komunitas Ecoenzym Nusantara untuk memberikan pemahaman dan pengalaman serta praktek langsung tentang pembuatan ekoenzym.
Selain itu juga dihadirkan narasumber Dra. Sri Hastuti dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman yang membawakan materi Pengelolaan Limbah Cair Domestik.
Sebagaimana diketahui bahwa Pelatihan Pengelolaan Limbah Cair Domestik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman pada tahun ini diselenggarakan di dua lokasi yaitu desa wisata Pancoh Girikerto Turi dan desa wisata Pulesari Girikerto Turi yang keduanya merupakan desa wisata percontohan dengan manajemen pembangunan pariwisata berkelanjutan dari Badan Pariwisata Dunia (UNWTO) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sejak tahun 2016 silam.
Baca Juga: Catat! Pencairan BLT di Bantul, Penerima Wajib Sudah Vaksin Booster
Kedua desa wisata tersebut mendapatkan pendampingan secara intensif dari Universitas Gadjah Mada sebagai Monitoring Centre Sustainable Tourism Observatory.
Harapannya kedepan pengelola di kedua desa wisata tersebut dapat mengimplementasikan pengelolaan limbah cair domestik khususnya pembuatan ekoenzyme dapat dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Sehingga kegiatan tersebut akan secara langsung maupun secara tidak langsung mendukung dan mengembangkan Program Pariwisata Berkelanjutan yang dicanangkan secara Internasional.-