ngayogyakarta

JAFF Market 2025: Amar Bank Perkenalkan Platform Bisnis untuk Pelaku Industri Film

Minggu, 30 November 2025 | 14:41 WIB
Amar Bank secara resmi memperkenalkan layanan Amar Bank Bisnis dalam gelaran JAFF Market 2025. (dok.)

 

YOGYA, AYOYOGYA.COM – Industri perfilman Indonesia mendapat angin segar dengan hadirnya solusi pendanaan baru dari Amar Bank yang secara resmi memperkenalkan layanan Amar Bank Bisnis dalam gelaran JAFF Market 2025. Langkah ini disebut membuka peluang besar bagi para pelaku industri film, terutama rumah produksi, pekerja kreatif, hingga penyedia peralatan produksi.

Senior Vice President MSME Amar Bank, Josua Sloane, menegaskan bahwa sektor film semakin berkembang dan membutuhkan dukungan pengelolaan keuangan yang lebih kuat.

"Sejak 2014 kami fokus dan 60 persen portofolio kami UMKM. Pada tahun ini kami lihat industri film, permintaan film semakin meningkat, talenta bagus dan pengelolaan keuangan masih ada masalah. Ada keluhan portofolio saya bagus bisa nggak dikelola dari Amar Bank, maka kami keluarkan Amar Bank Bisnis. Karya baru kami dan ini hari pertama muncul di JAFF Market 2025," ujar Josua, dalam diskusi The Missing Script : PPanel Discussion, Minggu (30/11/2025).

Aplikasi Amar Bank Bisnis, menurutnya, dirancang untuk pelaku industri kecil dan menengah, terutama sektor kreatif seperti film. Di dalamnya terdapat fitur pengelolaan transaksi, analisis proyek, hingga peluang pendanaan berdasarkan rekam portofolio.

"Untuk film maker baru pertama harus pakai perbankan yang bagus, rekaman transaksi harus dijaga. Untuk pendanaan harus ada kombinasi baik dari privat dan juga bank, kami mungkin bisa bantu untuk sisi pendanaan dengan melihat portofolionya," jelasnya.

Josua juga menambahkan bahwa Amar Bank melihat peluang besar di sektor ekraf yang selama ini belum banyak digarap bank konvensional.

"Kami fokus per proyek, bisa dianalisa kondisi keuangannya, dia punya kapasitas bayar seberapa besar. Kita nggak cuma PH saja, tapi dari artis, penyedia peralatan, dll. Kami sudah tangani dua film. Kami memang masuk ke pasar yang belum dimasuki bank konvensional," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Produser dan penulis skenario senior, Mira Lesmana memberikan perspektif langsung dari sisi pelaku industri. Ia menegaskan bahwa tantangan utama para rumah produksi hingga kini adalah pendanaan.

"Saya yakin setiap hari orang nanyanya itu, saya bisa didanain tidak dan beberapa waktu bahkan sampai saat ini sulit sekali mendapatkan pendanaan dari bank," ujar Mira.

Ia menekankan pentingnya proses pembuktian dan pengelolaan cash flow yang rapi untuk meyakinkan investor, termasuk potensi lembaga keuangan seperti bank.

"Perjalanan menunjukkan perjalanan seperti apa. Selama perjalanan kami selama ini harus melalui proses pembuktian. Kami harus membuat cash flow untuk semua investor. Skemanya macam-macam," kata Mira.

Menurutnya, sebelum produksi dimulai, perhitungan yang matang sangat diperlukan agar investor melihat gambaran pengelolaan dan potensi pendapatan secara jelas.

"Itu kunci untuk membuat produksi kita lancar dan kami menyakini investor bahwa kami mengelolanya dengan baik. Kita benar-benar harus memastikan bahwa budgeting kita itu memang tepat guna dan pengalaman menjadi bagian dari itu untuk memastikan semua pihak," tegasnya.

Mira juga menegaskan produksi film melibatkan biaya besar yang harus dikelola secara ketat. Bahkan keputusan lokasi syuting pun bisa berubah demi menjaga kesesuaian anggaran.

Halaman:

Tags

Terkini