Doa dalam Nada, Grego Julius Persembahkan 22 Lagu dalam Konser Orkestra Syukur

photo author
- Minggu, 19 Oktober 2025 | 08:51 WIB
Konser orkestra bertajuk persembahan syukur di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Sabtu 18 Oktober 2025, malam. (Istimewa.)
Konser orkestra bertajuk persembahan syukur di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Sabtu 18 Oktober 2025, malam. (Istimewa.)

YOGYA, AYOYOGYA.COM— Di usia 71 tahun, ketika banyak orang memilih untuk menikmati masa senja dengan tenang, Grego Julius justru melangkah ke atas panggung dengan tekad bulat dan hati penuh rasa syukur. Sabtu 18 Oktober 2025, malam, ia mempersembahkan sebuah konser orkestra bertajuk persembahan syukur di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, sebuah malam yang menyatukan doa, musik, dan kehidupan dalam harmoni yang menggetarkan.

Konser tersebut bukan sekadar ajang pertunjukan musikal. Bagi Grego Julius, ini adalah perwujudan dari sebuah janji spiritual untuk mempersembahkan hidup dan karyanya kepada Tuhan dalam bentuk yang paling ia kuasai, yaitu musik.

"Lagu-lagu ini adalah doa saya. Saya tulis syairnya, lalu saya ciptakan musiknya. Ini bentuk syukur dan permohonan saya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Grego Julius, Sabtu (18/10/2025), malam.

Baca Juga: Ratusan Siswa Keracunan MBG, Sistem Masak dan Distribusi di SPPG Perlu Dibenahi

Sebagai seorang komposer, konduktor, sekaligus tokoh yang dikenal luas dalam dunia bisnis di Yogyakarta, Grego telah menulis lagu sejak tahun 2002. Namun, titik balik terbesarnya terjadi menjelang usia 70 tahun. Ia mengaku bernazar, apabila diberi umur panjang, ia akan mendedikasikan hidupnya lebih dekat kepada Tuhan dengan cara yang paling tulus: menulis lagu-lagu doa dan menyampaikannya melalui konser seperti ini.

"Saya bernazar, kalau dikasih umur panjang, saya akan lebih mendekatkan diri pada Tuhan lewat musik. Doa saya, saya tulis jadi lagu, lalu saya persembahkan dalam konser seperti ini," ucapnya.

Konser berdurasi hampir dua jam ini membawakan 22 lagu orisinal ciptaan Grego, lengkap dengan lirik dan aransemen yang ia tulis sendiri. Setiap lagu bukan hanya karya musikal, melainkan serpihan pengalaman hidup, refleksi spiritual, hingga ungkapan hati yang tak selalu bisa dituangkan dalam kata-kata biasa. Genre yang ditampilkan pun sangat beragam mulai dari pop, jazz, klasik, hingga bossa nova dan latin, memberi warna yang segar pada nuansa religius yang mendalam.

Sebagian besar lagu yang ditampilkan memang terinspirasi dari suasana doa dan pujian dalam gereja. Namun, Grego menekankan bahwa pesan yang ingin ia sampaikan lewat musiknya bersifat universal dan lintas agama.

"Kalau liriknya menyebut Yesus, bisa diganti dengan ‘Allah’. Intinya, lagu ini untuk mengantar orang dalam doa," ungkapnya.

Dalam dunia yang semakin berjarak dari nilai-nilai spiritual, Grego ingin musiknya menjadi ruang yang mempersatukan, bukan memisahkan. Baginya, setiap manusia punya caranya sendiri dalam berdoa, dan musik bisa menjadi salah satunya. Ia percaya bahwa sebuah lagu yang lahir dari hati bisa menembus sekat-sekat perbedaan dan sampai ke ruang terdalam jiwa pendengarnya.

Lagu-Lagu yang Lahir dari Luka dan Cinta

Beberapa karya yang dibawakan malam itu bukan hanya menyentuh secara musikal, tapi juga emosional. Salah satunya adalah lagu “Aku Mohon Ampun”, yang ditulis Grego saat menghadapi masa gelap dalam hidupnya. Selama tiga bulan, ia mengalami sakit yang tak kunjung sembuh meski sudah berobat ke berbagai tempat, termasuk pengobatan alternatif.

“Saya enggak tahu sakitnya apa. Sudah ke dokter, sampai ke dukun, enggak sembuh-sembuh. Ternyata saya depresi. Dari situ saya sadar, Tuhan sedang memberi pelajaran. Saya tulis lagu itu sebagai doa permohonan ampun.” ujarnya.

Lagu tersebut menjadi titik balik baginya dari penderitaan menuju kesadaran akan kehadiran dan maksud Tuhan dalam hidupnya. Tak kalah menyentuh, Grego juga mempersembahkan lagu tentang sungkeman, momen ketika anak meminta restu orang tua sebelum meninggalkan rumah untuk menikah. Sebagai ayah dari lima anak, Grego mengalami sendiri betapa haru dan beratnya perpisahan itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X