YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM – Sebuah dokumenter bertajuk “Jagad’e Raminten” resmi diluncurkan oleh Kalyana Shira Foundation, mengangkat figur Raminten sebagai simbol budaya, bisnis, dan keberagaman di Yogyakarta.
Film berdurasi 95 menit ini menggambarkan perjalanan inspiratif sosok di balik Raminten, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo atau yang lebih dikenal sebagai Hamzah Sulaiman dalam membentuk ruang inklusif yang menyatu dengan tradisi dan seni pertunjukan kontemporer.
Dalam pemutaran perdananya di Auditorium LIP Yogyakarta, lebih dari 250 orang hadir, mulai dari keluarga besar Raminten, komunitas film, hingga para seniman lokal dan nasional. Film ini membuka ruang untuk mengenal lebih dalam kehidupan Raminten yang bukan hanya sekadar merek restoran atau panggung cabaret, tetapi juga rumah bagi komunitas yang beragam.
Baca Juga: Putut Wijanarko Bawa Balik Semangat F1ZR ke Era Hybrid Lewat Fazzio Modifikasi
Di balik proses kreatifnya, sineas kenamaan Nia Dinata hadir sebagai sutradara sekaligus penulis, didampingi oleh Dena Rachman sebagai produser dan penulis, serta Melissa Karim sebagai co-produser. Bersama-sama, mereka menarasikan perjalanan Raminten sebagai ikon seni dan keberagaman yang melampaui batas norma.
“Gagasan membuat film dokumenter ini sudah ada sejak tahun 2023, ketika Dena masih di London menyelesaikan disertasinya tentang representasi dalam industri film Indonesia. Munculah sosok Raminten dalam benak kami sebagai wujud nyata dari representasi keberagaman dan unconditional love. Melalui Raminten, kita belajar bahwa ketulusan dan penerimaan terhadap perbedaan dapat tumbuh menjadi kekuatan yang memperkuat rasa kemanusiaan. Melalui film ini juga kami bersama seluruh keluarga dan sahabat hendak memberikan penghormatan pada almarhum Hamzah Sulaiman. Sungguh sebuah kehormatan besar bagi kami dapat membawa kisahnya ke mata dunia,” ujar Nia Dinata, Minggu 22 Juni 2025.
Tak hanya sebagai dokumentasi visual, film ini menjadi cara Dena Rachman untuk menyampaikan pesan cinta, keberanian, dan makna inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari.
“Lebih dari sekadar hiburan, Raminten adalah sosok yang menyediakan rumah bagi banyak kaum marginal terutama bagi chosen family mereka. Sosok Raminten tidak hanya memperjuangkan inklusivitas di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata dengan menciptakan penghidupan yang layak dan berkelanjutan. Kami merasa terdorong untuk mengabadikan warisan ini dalam sebuah karya yang dapat terus menginspirasi,” ujar Dena.
Sementara itu, Melissa Karim menekankan bagaimana Raminten memberi bukti nyata bahwa seni, budaya, dan pemberdayaan ekonomi bisa berjalan beriringan.
“Perjalanan membuat dokumenter ini sangat menyentuh dan penuh makna. Kami ingin menangkap esensi sejati Raminten sebagai ikon budaya dan bisnis sekaligus sosok visioner yang membuktikan bahwa pelestarian tradisi bisa berjalan beriringan dengan inovasi dan economic empowerment. Raminten menciptakan ekosistem yang memberdayakan banyak orang, membuka lapangan kerja, dan menjadikan kesenian sebagai sumber penghidupan,” kata Melissa.
Film ini pun menjadi semacam surat cinta terakhir dari sahabat dan keluarga untuk Hamzah Sulaiman. Meski beliau telah tiada sebelum film ini rampung, semua pihak merasa semangat dan visinya tetap hadir dalam proses produksi.
“Bagi kami, dokumenter ini bukan sekadar karya film, tetapi sebuah bentuk penghormatan penuh cinta untuk sosok Bapak kami, almarhum Hamzah Sulaiman. Beliau adalah cahaya bagi begitu banyak orang, baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun figur ayah bagi keluarga besar Raminten. Kami sangat tersentuh dan merasa terhormat kisah hidup dan warisannya diabadikan dalam dokumenter ini. Kami berharap film ini dapat menyentuh hati masyarakat Indonesia, khususnya warga Jogja, seperti halnya Bapak telah menyentuh hidup banyak orang dengan kasih dan kebaikannya,” ujar Ratri, Director of House of Raminten.
Pemutaran lanjutan “Jagad’e Raminten” akan digelar di panggung ARTJOG 2025, Jogja National Museum, pada 5 Juli 2025. Untuk info lebih lanjut, publik dapat mengikuti akun Instagram resmi @ramintenuniverse.***
Artikel Terkait
Korsleting, 5 Kamar Raminten Hangus Terbakar
Luncurkan REEL LIFE Film Camp, JAFF dan Netflix Siapkan Sineas Muda untuk Majukan Perfilman Indonesia
MAXStream Putar Tiga Film Pendek Bertajuk 'Secinta Itu Sama Sinema' di JAFF 2024
Film Dokumenter SMONG Aceh Hadirkan Cerita Insiden Tsunami Hebat 20 Tahun Silam
Tutup JAFF 2024, Film 1 Kakak 7 Ponakan Sukses Pukau Penonton yang Relevan dengan 'Generasi Sandwich'
Lewat Bloom Tour, Film Laila Ingin Ajak Penonton Tingkatkan Kesadaran soal Anti Penikahan Anak
Mengenal Manoj Punjabi, Pendiri MD Entertainment yang Pernah Dipecat hingga Bangun Kerajaan Bisnis Industri Film Tanah Air!
STY Kini Dipercaya Jadi Duta Humas Kepolisian Korsel hingga Pernah Syuting Film Horor di Indonesia
Cast Film Petaka Gunung Gede Sapa Penonton di Jogja, Bagikan Kisah Sahabat Sejati yang Dibalut Horor
Pemain Film Komang Sapa Penonton di Jogja, Ajak Rayakan Perbedaan Cinta yang Tulus
Lewat FSAI 2025, Sutradara Australia Bagikan Tips Bikin Film Hollywood dengan Dana Terbatas ke Sineas Muda Jogja