“Juga, proses validasi dan uji klinis yang panjang sebelum produk bisa dikomersialkan,” papar dia.
Fahrul yakin, penelitian ini berpotensi besar dalam menghasilkan obat berbasis bahan alam yang efektif dan berasal dari sumber daya lokal Indonesia.
“Langkah selanjutnya adalah optimasi proses isolasi, validasi biologis lebih lanjut, serta eksplorasi kemitraan dengan industri farmasi. Itu butuh waktu beberapa tahun ke depan,” jelasnya.
Hilirisasi Riset
Fahrul menyoroti tantangan terbesar dalam upaya hilirisasi riset farmasi berbasis bahan alam di Indonesia adalah kurangnya infrastruktur, regulasi dan pendanaan untuk mengembangkan hasil riset menjadi produk siap pasar.
“Beberapa kendala yang sering saya temui, diantaranya adalah minimnya investasi dari industri farmasi dalam riset dan pengembangan (R&D). Juga, regulasi perizinan yang cukup kompleks untuk sertifikasi produk berbasis bahan alam,” bebernya.
Tak hanya itu, pendanaan untuk uji klinis dan pengembangan produk farmasi cukup terbatas dan kolaborasi antara akademisi, industri serta pemerintah dinilai masih kurang.
Dikatakannya, banyak penelitian hebat yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia, tetapi hanya sedikit yang benar-benar masuk ke industri dan digunakan oleh masyarakat.
“Jika kita bisa membangun ekosistem riset yang mendukung hilirisasi, kita tidak hanya menjadi pusat riset farmasi berbasis bahan alam, tetapi juga pemain utama dalam industri farmasi global," tambahnya.
Fahrul menegaskan bahwa solusi utama dalam mengatasi hambatan ini adalah meningkatkan kerja sama antara akademisi, industri, dan pemerintah.
Dengan dukungan yang tepat, riset yang dilakukan di universitas tidak hanya berakhir sebagai laporan ilmiah, tetapi bisa berkembang menjadi produk farmasi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dengan semangat inovasi dan komitmen dalam penelitian, Fahrul bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan obat berbasis bahan alam yang diakui dunia.
Baca Juga: Akomodir Perjalanan Pemudik, KAI Bandara YIA Siapkan 264 Ribu Tiket di Masa Angkutan Lebaran
Namun, untuk mencapai visi tersebut, diperlukan sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam membangun sistem riset yang lebih kuat dan berorientasi pada hilirisasi.
Artikel Terkait
'Pray for Puncak' Menggema di Medsos usai Insiden Banjir Bandang Kawasan Bogor
Band Sukatani Tolak Tawaran Jadi Duta Polri dan Penjelasan Pemecatan Vokalis Band dari Profesi Guru
Akomodir Perjalanan Pemudik, KAI Bandara YIA Siapkan 264 Ribu Tiket di Masa Angkutan Lebaran
Harga Tiket Pesawat Domestik untuk Mudik Lebaran 2025 Turun Hingga 14 Persen, Catat Jadwal Terbang dan Periode Pembeliannya