JAKARTA, AYOYOGYA.COM -- Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy, Shiska Prabawaningtyas menyatakan langkah Presiden Jokowi yang datang ke Ukraina dan Rusia dianggap sebagai sikap yang berani, demi menyelamatkan penyelenggaraan KTT G20, dimana Indonesia sebagai tuan rumahnya.
Ia mengungkapkan Indonesia sudah diputuskan sebagai pemimpin presidensi negara-negara G20, setelah Italia pada periode sebelumnya. Namun dalam perjalanannya kepemimpinan Indonesia dalam G20 ini diuji dengan masih merebaknya Pandemi Covid-19 ditambah dengan pecahnya perang Rusia-Ukraina.
"Ini semakin membuat ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi global. Karena itu Indonesia memiliki tanggungjawab agar pelaksanaan penyelenggaraan G20 November 2022 mendatang tetap berjalan dan diterima banyak negara anggotanya," kata Shiska melansir Republika Senin (4/7/2022).
Baca Juga: Presiden Jokowi Berkunjung ke Ukraina-Rusia, Wapres: Penting dan Bersejarah
Kehadiran Presiden Joko Widodo di Pertemuan Pemimpin Negara G7 di Elmau, Jerman berlanjut dengan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, selanjutnya bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Selain memiliki mandat presidensi G20, Indonesia memiliki nilai warisan sejarah sesuai amanat Undang Undang (UU), yang bertanggung jawab menjaga ketertiban dunia, dalam bingkai politik luar negeri bebas aktif. Itulah amanat UU yang selalu menjadi rujukan Indonesia dalam berkiprah di dunia Internasional.
Kehadiran Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, memang tidak bisa serta merta menghentikan perang Rusia-Ukraina. Karena ada latar yang panjang pergolakan geopolitik di Ukraina yang akhirnya Rusia memilih melakukan invasi ke Ukraina, yang dimulai pada 2014 lalu di wilayah Crimea.
Namun ia melihat Presiden Jokowi setidaknya memiliki tanggung jawab mensukseskan agenda internasional sebagai pemimpin G20. Di mana beberapa anggota G20 diantaranya Rusia dan AS serta beberapa negara Eropa merupakan bagian dari perang di Ukraina ini. Setelah beberapa ancaman dari beberapa negara tidak akan menghadiri KTT G20 ketika Presiden Rusia hadir di pertemuan tersebut.
"Ini menjadi konsen Presiden Jokowi, agar mandat ini tetap berjalan sukses," katanya.
Karena sesuai tema yang dibawa Indonesia 'Recover Together, Recover Stronger' tidak akan berjalan baik bila banyak anggota G20 yang memboikot gelaran pertemuan tersebut. Tentu itu juga akan menjadi catatan buruk bagi perjalanan presidensi Indonesia tahun ini, setelah beberapa kali memimpin G20 di tahun tahun sebelumnya.
Karena itu, ia menilai Presiden Jokowi memiliki target jangka pendek untuk bagaimana penyelenggaraan pertemuan KTT G20 pada November 2022 nanti tetap berjalan dengan lancar. Dengan harapan target utama, program pemulihan ekonomi setelah Pandemi kembali normal dan perang Ukraina-Rusia berakhir.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Paramadina Ahmad Khairul Umam menilai apa yang dilakukan Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Ukraina dan Rusia bagian dari double track strategi. Karena ini pertaruhan yg besar bagi Indonesia sebagai tuan rumah G20.
"Karena ini bukan dalam kondisi yang normal, dengan kondisi dinamika yang sangat berbeda setelah Pandemi dan kondisi perang, Indonesia mendapat blessing in disguise," katanya.
Artikel Terkait
Mantan Menteri PPN Berharap Calon Pengganti Presiden Jokowi Bisa Berkomitmen Lanjutkan IKN
Piala Presiden 2022: PSS Berebut Satu Tiket dengan Tiga Tim Guna Dampingi PSIS Semarang
Sore Ini! Link Live Streaming PSS Sleman vs Dewa United di Piala Presiden 2022
Marshanda Diduga Hilang di Amerika, Sahabat Minta Tolong Pada Denny Sumargo Hingga Presiden Jokowi
Lolos dari Lubang Jarum, Ini Kata Seto Nurdiyantoro Usai Bawa Lolos PSS ke 8 Besar Piala Presiden 2022