Finale JAFF 2025, Suka Duka Tawa Ajak Penonton Merayakan Luka dengan Tawa

photo author
- Sabtu, 6 Desember 2025 | 19:21 WIB
Pemutaran film Suka Duka Tawa akan menjadi penutup dari rangkaian gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 yang sudah berlangsung selama satu minggu terakhir. (dok.)
Pemutaran film Suka Duka Tawa akan menjadi penutup dari rangkaian gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 yang sudah berlangsung selama satu minggu terakhir. (dok.)

YOGYA, AYOYOGYA.COMPemutaran film Suka Duka Tawa akan menjadi penutup dari rangkaian gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 yang sudah berlangsung selama satu minggu terakhir. Film panjang perdana karya Aco Tenriyagelli itu menutup festival dengan nuansa penuh haru sekaligus gelak tawa, sejalan dengan kisah yang diusungnya.

Aco mengaku tak menyangka film pertamanya dipilih sebagai film penutup.

"Gak terasa tumbuh bersama JAFF. Film panjang diputar sebagai closing terkejut gak percaya. Berkali-kali biasanya film dari mentor-mentor closingnya. Sekarang film pertamaku jadi closing. Kebahagiaan tersendiri. Mudah-mudahan suka," kata Aco, Sabtu (6/11/2025).

Baca Juga: Pameran “Living Lines” Hadirkan Ragam Tafsir Seniman terhadap Alam

Ia menyebut daftar film JAFF selalu menginspirasi. Ia pun berharap Suka Duka Tawa memberi dampak serupa.

“Seperti kemarin ada film judulnya Put Your Soul on Your Hand and Walk, itu film sederhana tetapi bikin ingin hidup dan bertahan,” ujarnya.

“Inginnya orang keluar dari bioskop setelah menonton jadi tidak sabar untuk menyambut hari esok. Film ini harus membawa harapan dan penonton berbahagia dan penuh tawa setelahnya,” kata Aco.

Dalam kesempatan ini, Aco menceritakan bahwa film ini berangkat dari kedekatan Aco dengan tema yang ia angkat dari relasi orang tua dan anak.

“Saya ingin menggambarkan kecanggungan komunikasi anak ke orang tua dan kecanggungan orang tua dalam mengungkapkan kasih sayangnya ke anak,” ujarnya.

Indriana, rekan penulis cerita, mengungkapkan ide awal muncul pada 2021 ketika Aco mengajaknya mengembangkan kisah tersebut.

“Awal Januari kemudian oke menarik, akhirnya development. Kita kenal dari kuliah. Dia itu cengeng sebenernya,” ucap Indri sambil tertawa.

Ia mengaku terharu melihat film ini akhirnya debut sebagai penutup JAFF. “Akhirnya sampai di sini. Masih gak percaya,” katanya.

Produser Ajish Dibyo menilai kekuatan film ini ada pada kedekatan personal cerita Aco dengan pengalaman banyak orang.

“Orang lain punya konteks, bukan hanya Aconya, tapi juga sebenarnya ada hal-hal besar, isu-isu besar yang dia sampaikan,” ujar Ajish. Ia menegaskan bahwa hal paling personal sering kali justru paling mengena. “Aco punya signature kalau hal yang paling kreatif adalah hal yang paling personal,” kata Azis.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X