BANTUL, AYOYOGYA.COM- Cuaca hari itu mulai terik. Namun ratusan bahkan ribuan masyarakat tak beranjak dari Sasana Bumi Arum Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul. Mereka tetap antusias menyaksikan kirab budaya sekaligus puncak upacara adat Merti Bumi Mustikaning Warih.
Sabtu, 23 Juli 2022 kemarin, memang hari istimewa bagi masyarakat Girirejo. Mereka mengungkapkan rasa syukur atas karunia Tuhan berupa kesehatan dan kesejahteraan, melalui upacara adat Merti Bumi Mustikaning Warih, yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY.
Suara musik Bregada Girinata yang semakin mendekat membuat masyarakat semakin penasaran. Tampak bregada kalurahan itu muncul diawali oleh korps musik, diikuti oleh pusaka Kyai Mangundikrama dan Kyai Suradipraya, 7 gadis cantik pembawa kendi berisi air dari 7 sendang, gunungan hasil bumi, dan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat yaitu gunungan keris.
Pusaka Kyai Mangundikrama dan Kyai Suradipraya melambangkan penghargaan kepada para pendiri kalurahan Girirejo.
Baca Juga: Menyambut HUT RI ke 77, Karang Taruna Dusun Banaran Gelar Rapat Koordinasi
Air suci yang diambil dari 7 sendang (kali) di Girirejo itu menyimbolkan angka pitu (7) yang bermakna berkat pitulungan (pertolongan) dari Tuhanlah masyarakat Girirejo menjadi sejahtera lahir dan batin.
Gunungan hasil bumi melambangkan kemakmuran masyarakat Girirejo. Sedangkan gunungan keris menunjukkan identitas Girirejo sebagai sentra kerajinan keris, khususnya warangka keris.
Pada belakang bregada Girinata, berbaris dengan penuh semangat kelompok-kelompok kegiatan budaya masyarakat, seperti kelompok karawitan, hadroh, tari, drumband SD Pundung dan komunitas Doger Macan Gembong. Keikutsertaan mereka dalam kirab ini sebagai wujud semangat pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Apalagi saat ini Girirejo juga sudah menyandang status sebagai kalurahan budaya.
Setelah seluruh peserta kirab memasuki area Sasana Bumi Arum, upacara adat pun dimulai. 7 gadis pembawa air suci naik ke pendapa diikuti oleh rois, lurah dan 5 tokoh masyarakat. Mereka duduk menghadap ke ambengan dan pengaron. Tak berapa lama, rois pun segera memimpin doa syukur dan permohonan kepada Tuhan agar di tahun mendatang, masyarakat Girirejo selalu berlimpah rahmat dan barokah dari Tuhan.
Baca Juga: Siap-siap, Siang Nanti 7 Dusun di Sleman Bakal Terkena Pemadaman Listrik
Usai berdoa, air suci dari 7 sendang lalu disatukan dalam satu pengaron. Oleh rois, satu siwur air suci itu dituangkan ke dalam sebuah bokor. Upacara pun memasuki tahap Peparing Idi Pangestu. Bergantian, KPH Yudonegara, RM Donny Surya Megananda sebagai wakil dari Dinas Kebudayaan DIY, dan Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, mencipratkan air suci kepada Dwi Yuli Purwanti, SH (Lurah Girirejo) dan kepada 5 tokoh masyarakat Girirejo. Upacara Peparing Idi Pangestu ini dimaksudkan sebagai pemberian doa keselamatan dan penyemangat kepada para tokoh masyarakat sebagai wakil masyarakat Girirejo.
RM Donny Surya Megananda sebagai wakil dari Dinas Kebudayaan DIY sangat mendukung kegiatan Merti Bumi Mustikaning Warih ini. Diharapkan, kegiatan ini melibatkan generasi muda sehingga mereka memahami makna adiluhung dari upacara adat ini serta mau untuk melestarikannya.
Usai upacara adat dan sambutan-sambutan, tampil sekelompok anak-anak menyajikan flashmob wanara yang secara spontan diikuti oleh banyak tamu yang hadir.
Artikel Terkait
42 Warga di Dusun Nglempong Jadi Kontak Erat Pasien Covid-19
Tunggu Hasil PCR Malah Keluyuran, akibatnya 30 Orang di Dusun Kendal Sleman Covid-19
Mahasiswa KKN Untidar Magelang Ikut Kembangkan Potensi SDA dan SDM Dusun Jibulan
FPRB Srimartani Bantul Gagas Dusun Tangguh Bencana, Apa Itu?
Warga Dusun Sedan Sampaikan Aspirasi kepada Lurah Sariharjo Terpilih