ngayogyakarta

Dinkes Bongkar Penyebab Capaian Vaksin Booster DIY Belum Maksimal

Rabu, 21 September 2022 | 12:30 WIB
Pelaksaaan Vaksinasi Booster bagi Warga Binaan di Lapas Cebongan. (Rahajeng Pramesi.)

YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM- Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut capaian vaksin booster di provinsi tersebut belum maksimal. Capaian booster diketahui masih berada di kisaran 42,83 persen per Senin (19/9/2022). Jumlah itu meleset dari target awal yang diharapkan bisa menyentuh angka 50 persen di akhir Agustus kemarin.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes DIY, Agus Priyanto tidak memungkiri bahwa ada sejumlah penyebab yang mengakibatkan progres vaksinasi dosis ketiga itu makin melambat. Salah satunya dari sisi masyarakat itu sendiri yang menilai tak begitu memerlukan vaksin booster tersebut.

"Satu dari sisi masyarakat mereka lebih menilai atau dari yang ditangkap dari teman-teman di fasilitas pelayanan kesehatan itu cerita, bahwa rata-rata jawaban di masyarakat yang belum booster itu mereka menyampaikan kan sudah dua kali sudah cukup," ujar Agus saat dihubungi awak media, Selasa (20/9/2022). Dikutip dari SuaraJogja.id-jaringan Ayoyogya.com.

Dua dosis vaksin Covid-19 itu dipercaya banyak warga sudah cukup untuk melindungi dirinya. Sehingga tidak diperlukan lagi vaksin booster.

Baca Juga: Kebut Capaian Booster Tinggi, Binda DIY Gelar Vaksinasi di Lapas Cebongan Sleman

Ada pula yang menyampaikan sudah pernah vaksin satu atau dua kali ditambah kemudian sudah pernah terpapar Covid-19. Jadi kekebalan alamiah itu dianggap lebih kuat daripada mendapatkan vaksin dosis ketiga.

Kemudian masih ada kelompok ketiga yang disebutkan Agus, takut untuk divaksin booster. Namun bukan ketakutan seperti saat awal pemberian vaksin Covid-19 seperti kabar hoaks yang masih banyak bertebaran.

Tetapi mereka lebih takut kepada efek samping vaksin dosis ketiga itu sendiri. Banyak masyarakat yang enggan divaksin booster karena tak ingin aktivitas sehari-harinya kemudian terganggu akibat efek samping baik itu demam atau lainnya.

"Jadi ada perubahan sebenarnya di komunitas (masyarakat) terkait dengan vaksin itu sendiri," tuturnya.

Belum lagi, lanjut Agus, secara momentum pun kabar atau berita dari kasus Covid-19 sudah tertutup dengan isu lain. Sehingga masyarakat pun juga tak lagi fokus melihat pada perkembangan Covid-19 itu sendiri.

"Kalau ini saya bilang secara sosial juga ada endemi. Jadi secara sosial sudah jenuh sosialnya kemudian informasi publik momentum tekanan juga sudah menurun drastis, kebijakan juga sudah sangat longgar. Sehingga semua sudah ada proses kembali kepada endemi sosial," terangnya.

Baca Juga: Wajib Booster, Penumpang KAI Tak Perlu Tunjukkan Hasil Tes PCR

"Jadi masyarakat itu sudah menganggap Covid-19 itu sebagai hal biasa. Konteks endemi, juga gitu. Nantinya masyarakat akan menganggap bahwa Covid-19 itu ya kayak masuk angin biasa," sambungnya.

Lambatnya pergerakan capaian vaksin booster itu juga ditambah dengan pelaksanaannya yang makin terbatas. Dalam artian sudah tidak lagi semasif dulu beberapa waktu lalu.

Halaman:

Tags

Terkini