YOGYAKARTA, AYOSEMARANG.COM– Keraton Yogyakarta untuk pertama kalinya menyelenggarakan Pawiyatan Konservasi Koleksi Keraton Yogyakarta sebagai upaya menjaga keberlanjutan warisan budaya yang tersimpan di berbagai museum. Kegiatan ini menjadi langkah strategis Keraton dalam memperkuat keterampilan konservasi, sekaligus menjawab tantangan keterbatasan sumber daya manusia di bidang pelestarian benda cagar budaya.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, mengatakan pawiyatan ini lahir dari kebutuhan nyata Keraton untuk meningkatkan kapasitas staf Departemen Konservasi yang selama ini menangani ribuan koleksi bernilai sejarah tinggi. Selain untuk internal Keraton, kegiatan ini juga dirancang sebagai ruang berbagi pengetahuan bagi museum-museum lain di Yogyakarta.
Keraton, menurut GKR Bendara, secara khusus membuka kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk museum dan perguruan tinggi, guna mendorong lahirnya calon-calon konservator di masa depan.
Baca Juga: Borong Batik Mulai Belasan Ribu! 3 Rekomendasi Tempat Belanja Termurah di Jogja
“Kami hari ini juga mengundang beberapa museum untuk datang dan juga bekerja sama dengan ISI, ada konservasi dan lain sebagainya supaya mereka juga, ‘ayo kita menggali lebih banyak calon-calon konservator di masa depan’,” katanya, dijumpai di sela-sela acara, Sabtu (13/12/2025).
GKR Bendara menjelaskan pawiyatan ini menjadi ruang pembelajaran komprehensif bagi staf museum dan praktisi pelestarian budaya agar memahami prinsip dasar konservasi sekaligus mampu menerapkannya sesuai karakter material koleksi. Tantangan konservasi di Indonesia dinilainya masih sangat kompleks, terutama di wilayah beriklim tropis seperti Yogyakarta, yang rentan terhadap kelembapan, serangga, dan degradasi material.
Ia menuturkan, masih terbatasnya narasumber dan konservator bersertifikat menjadi persoalan serius. Beberapa keahlian konservasi bahkan masih harus dipelajari dari luar negeri.
“Tadi kita juga dengar beberapa materi itu harus didapatkan dari luar negeri bahkan skill-skillnya Indonesia belum ada yang memiliki full konservator karena memang ada beberapa keahlian yang harus diambil. Indonesia tidak banyak orang yang memiliki sertifikat konservasi. Jadi situasinya di Indonesia kita masih butuh banyak support,” ucapnya.