Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Roche di Indonesia. “Kemitraan ini merupakan perwujudan komitmen jangka panjang kami untuk secara aktif berkontribusi dalam melindungi kesehatan penglihatan masyarakat Indonesia, dan memastikan pasien dapat mengakses layanan kesehatan dan solusi yang mereka butuhkan.” Ia berharap dampaknya selaras dengan agenda transformasi kesehatan nasional. “Kami berharap luaran dari kemitraan ini juga bisa berkontribusi dalam upaya percepatan transformasi kesehatan serta pencapaian target Peta Jalan Kesehatan Penglihatan 2025 - 2030.”
Tantangan dan Target Penanganan Retinopati Diabetik
RD masih menjadi penyebab utama gangguan penglihatan pada penyandang diabetes di Indonesia. Riset menunjukkan bahwa 43,1% penderita Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami kondisi ini. Secara global, sekitar 29% dari pasien RD bahkan berkembang menjadi Diabetic Macular Edema (DME), komplikasi berat yang dapat menyebabkan kebutaan.
Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025–2030 menargetkan cakupan skrining retina pada minimal 80% penyandang diabetes serta akses tatalaksana tepat bagi setidaknya 80% pasien RD. Teknologi tele-oftalmologi dan sistem berbasis AI menjadi komponen penting untuk mencapai target tersebut.
Baca Juga: Jaksa Agung Terima Kunjungan PWI Pusat, Pers adalah Sahabat
Ketua pelaksana kerja sama, Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K), menyoroti masalah mendasar penanganan RD di Indonesia. “Tantangan utama kita ada tiga: jumlah pasien diabetes yang sangat besar, cakupan skrining mata yang sangat rendah—kurang dari 5%, dan distribusi tenaga ahli mata yang tidak merata. Akibatnya, sebagian besar pasien datang dalam kondisi sudah lanjut atau terlambat,” ungkapnya.
Prof. Bayu menjelaskan bahwa proyek percontohan ini akan memperkuat berbagai aspek pelayanan yakni dari koordinasi lintas sektor, peningkatan akses layanan bermutu, hingga penguatan tata kelola SDM kesehatan mata. “Tujuan utama kami adalah membangun sistem yang berkelanjutan. Proyek ini akan mencakup beberapa pilar: pertama, Penguatan sistem koordinasi lintas sektor dan kepemimpinan dari pemerintah pusat ke daerah untuk mendukung pencapaian target, kedua peningkatan akses kesehatan mata yang bermutu, memenuhi standar, sesuai kebutuhan pasien dan berorientasi pada target,” terangnya.
Ia melanjutkan, “Ketiga, penguatan tata kelola sumber daya manusia untuk mendukung peningkatan dan pemerataan akses kesehatan mata yang bermutu, keempat Optimalisasi cakupan dan pembiayaan untuk upaya kesehatan penglihatan yang berpihak pada kebutuhan masyarakat, serta kelima, pengembangan sistem informasi terintegrasi dan pemanfaatan data, hasil riset, dan teknologi kesehatan dalam pencapaian target upaya kesehatan penglihatan.”
Artikel Terkait
Banyaknya Ormas Palak THR Jelang Idulfitri Ditanggapi Sosiolog UGM: Ketimpangan Sosial Makin Melebar
Viral Dugaan Pelecehan Seksual oleh Guru Besar UGM pada Mahasiswa Bimbingan Skripsi
Tindak Lanjut UGM dalam Kasus Kekerasan Seksual yang Dilakukan Guru Besarnya kepada Mahasiswa Sejak 2023
Tingkatkan Layanan Kesehatan, RSA UGM Bangun 3 Gedung Baru
Mahasiswi UGM yang Hilang 2 Minggu Saat Mudik Lebaran Ditemukan Meninggal Dunia, Kondisinya Begini
FK-KMK UGM Canangkan Zona Integritas untuk Ciptakan Kampus Bersih, Aman, dan Beretika
UGM Trail Run 2025 Siap Digelar September Mendatang, Targetkan 2.000 Pelari
Summer Course 2025 FK-KMK UGM Angkat Isu Kanker sebagai Tantangan Global Kesehatan
Kolaborasi FEB UI, UGM, dan BRI Insurance Dorong Profesionalisme BUMDes Bidang Peternakan
Merck Young Scientist Roadshow 2025 Hadir di UGM, Dorong Generasi Muda Berkiprah di Dunia Riset