Kolaborasi Roche Indonesia dan FK-KMK UGM Perkuat Skrining Retinopati Diabetik Berbasis Teknologi

photo author
- Sabtu, 15 November 2025 | 10:31 WIB
Roche Indonesia bersama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM)  menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk proyek percontohan penanganan komprehensif RD. (dok.)
Roche Indonesia bersama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk proyek percontohan penanganan komprehensif RD. (dok.)

 

Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Roche di Indonesia. “Kemitraan ini merupakan perwujudan komitmen jangka panjang kami untuk secara aktif berkontribusi dalam melindungi kesehatan penglihatan masyarakat Indonesia, dan memastikan pasien dapat mengakses layanan kesehatan dan solusi yang mereka butuhkan.” Ia berharap dampaknya selaras dengan agenda transformasi kesehatan nasional. “Kami berharap luaran dari kemitraan ini juga bisa berkontribusi dalam upaya percepatan transformasi kesehatan serta pencapaian target Peta Jalan Kesehatan Penglihatan 2025 - 2030.”

 

Tantangan dan Target Penanganan Retinopati Diabetik

 

RD masih menjadi penyebab utama gangguan penglihatan pada penyandang diabetes di Indonesia. Riset menunjukkan bahwa 43,1% penderita Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami kondisi ini. Secara global, sekitar 29% dari pasien RD bahkan berkembang menjadi Diabetic Macular Edema (DME), komplikasi berat yang dapat menyebabkan kebutaan.

 

Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025–2030 menargetkan cakupan skrining retina pada minimal 80% penyandang diabetes serta akses tatalaksana tepat bagi setidaknya 80% pasien RD. Teknologi tele-oftalmologi dan sistem berbasis AI menjadi komponen penting untuk mencapai target tersebut.

Baca Juga: Jaksa Agung Terima Kunjungan PWI Pusat, Pers adalah Sahabat

Ketua pelaksana kerja sama, Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K), menyoroti masalah mendasar penanganan RD di Indonesia. “Tantangan utama kita ada tiga: jumlah pasien diabetes yang sangat besar, cakupan skrining mata yang sangat rendah—kurang dari 5%, dan distribusi tenaga ahli mata yang tidak merata. Akibatnya, sebagian besar pasien datang dalam kondisi sudah lanjut atau terlambat,” ungkapnya.

 

Prof. Bayu menjelaskan bahwa proyek percontohan ini akan memperkuat berbagai aspek pelayanan yakni dari koordinasi lintas sektor, peningkatan akses layanan bermutu, hingga penguatan tata kelola SDM kesehatan mata. “Tujuan utama kami adalah membangun sistem yang berkelanjutan. Proyek ini akan mencakup beberapa pilar: pertama, Penguatan sistem koordinasi lintas sektor dan kepemimpinan dari pemerintah pusat ke daerah untuk mendukung pencapaian target, kedua peningkatan akses kesehatan mata yang bermutu, memenuhi standar, sesuai kebutuhan pasien dan berorientasi pada target,” terangnya.

 

Ia melanjutkan, “Ketiga, penguatan tata kelola sumber daya manusia untuk mendukung peningkatan dan pemerataan akses kesehatan mata yang bermutu, keempat Optimalisasi cakupan dan pembiayaan untuk upaya kesehatan penglihatan yang berpihak pada kebutuhan masyarakat, serta kelima, pengembangan sistem informasi terintegrasi dan pemanfaatan data, hasil riset, dan teknologi kesehatan dalam pencapaian target upaya kesehatan penglihatan.”

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X