Dari Limbah Jadi Berkah, Rumah Pintar Jorong Tabek Jadi Pusat Ekonomi Sirkular di Solok

photo author
- Jumat, 8 Agustus 2025 | 11:54 WIB
Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, yang tak lagi hanya menjadi ruang edukasi, tetapi telah menjelma menjadi pusat laboratorium ekonomi sirkular yang berdaya guna tinggi. (dok.)
Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, yang tak lagi hanya menjadi ruang edukasi, tetapi telah menjelma menjadi pusat laboratorium ekonomi sirkular yang berdaya guna tinggi. (dok.)

SOLOK, AYOYOGYA.COM — Terletak di tengah hijaunya alam Kecamatan Hiliran Gumanti, sebuah bangunan panggung sederhana berukuran 4x20 meter kini menjadi motor penggerak perubahan di Jorong Tabek, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Bangunan itu adalah Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, yang tak lagi hanya menjadi ruang edukasi, tetapi telah menjelma menjadi pusat laboratorium ekonomi sirkular yang berdaya guna tinggi.

Ketua KBA sekaligus inisiator gerakan ekonomi sirkular, Kasri Satra, menjelaskan bahwa sejak 2019, rumah panggung ini menjadi tempat lahirnya inovasi berbasis pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.

"Di lokasi tersebut nira pohon enau yang telah disadap diolah menjadi bubuk gula semut melalui proses pemanasan nira melalui oven yang menggunakan bahan bakar gas. Sementara proses produksi dilakukan dengan teknik pemukulan pangkal bunga pohon enau untuk merangsang aliran nira ke bambu penampung," kata Kasri Satra, Kamis (7/8/2025).

Ia mengungkapkan Rumah Produksi Gula Semut saat ini dikelola oleh 20 kepala keluarga. Produksinya sudah mencapai 10–20 kg per hari dan bisa meningkat menjadi 50 kg per hari dengan pasar yang lebih terbuka. Total produksi bulanan optimal bisa mencapai 1.500 kg.

"Keunggulan produk, berasal dari ketinggian lebih dari 1.500 mdpl dengan suhu 18–24°C, untuk Kadar gula tinggi dengan tekstur lebih halus. Dan proses produksi saat ini cukup terbatas dan dapat ditingkatkan dengan peluang pasar yang lebih menjanjikan," ucapnya.

Mengolah Limbah Jadi Nilai Tambah

Inisiatif sirkular ini tidak hanya berhenti di produk utama. Limbah dari produksi gula semut dan sampah rumah tangga juga dikelola secara produktif. Limbah organik diolah menjadi pakan maggot, yang kemudian digunakan untuk budidaya ikan di kolam warga.

"Untuk limbah warga non organik lainnya seperti botol air mineral, bungkus makanan ringan, dan lainnya dikelola melalui bank sampah. Di mana kontribusi setiap warga dihitung dalam bentuk rupiah, dalam periode tertentu dapat diuangkan kembali," ujar dia.

Pengelolaan Rumah Maggot dan bank sampah ini telah dimulai sejak 2021. Hasil dari pengelolaan ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih, tetapi juga menopang ekonomi lokal.

"Nah, keuntungan ini dipakai untuk bantu warga-warga yang kurang mampu, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan," tambah Kasri.

Wisata, Kolam Ikan, dan Perputaran Ekonomi Lokal

Selain menjadi pusat produksi dan edukasi, kawasan ini juga berkembang menjadi destinasi wisata budaya dan edukatif. Dengan sekitar 45 homestay yang tersedia, Jorong Tabek kini terbuka bagi wisatawan domestik untuk menikmati panorama alam dan praktik ekonomi berkelanjutan masyarakat.

Kasri menuturkan bahwa kolam ikan KBA bukan hanya untuk budidaya, tapi juga menjadi sarana rekreasi yang menyumbang pendapatan rutin.

"Pengoperasian dengan pola biaya masuk untuk penikmat olahraga pancing ikan yang datang dari daerah lain di luar Jorong Tabek, dengan rata-rata penghasilan bersih Kolam Ikan sekitar Rp5 juta per bulan, dijadikan sebagai bagian untuk mendukung ekonomi masyarakat yang kurang mampu untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan warga," jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X