HUT Tanpa Seremoni, Pertamina Dipuji karena Tunjukkan Sense of Crisis

photo author
- Kamis, 11 Desember 2025 | 21:05 WIB
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri didampingi Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menyaksikan langsung proses pengiriman pertama LPG menggunakan sling load. (Dok.)
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri didampingi Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menyaksikan langsung proses pengiriman pertama LPG menggunakan sling load. (Dok.)

JAKARTA, AYOYOGYA.COM - Keputusan PT Pertamina (Persero) merayakan HUT ke-68 tanpa seremoni dan justru mengalihkan perhatian pada penanganan bencana dinilai sebagai langkah strategis yang memperkuat reputasi kemanusiaan perusahaan.

 

Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fajar Junaedi, menilai pilihan tersebut menunjukkan sensitivitas Pertamina terhadap situasi darurat yang tengah dihadapi masyarakat.

 

“Keputusan Pertamina ini menunjukkan adanya sense of crisis terhadap perkembangan terkini. Alih-alih merayakan ulang tahun dengan seremoni yang meriah, Pertamina justru memilih mengalihkan perhatian pada memberi bantuan kepada korban bencana,” ujar Fajar, Kamis (11/12/2025).

 

Langkah itu, menurut Fajar, bukan hanya respons cepat, tetapi juga mencerminkan konsistensi Pertamina dalam menjaga moralitas di tengah tekanan publik. “Ini langkah yang perlu diapresiasi, karena Pertamina memilih untuk membatalkan seremoni meriah yang tentu telah dipersiapkan menuju hari H seremoni,” lanjutnya.

 

Ia menjelaskan prioritas yang diberikan Pertamina kepada masyarakat terdampak bencana menunjukkan karakter korporasi yang tidak melulu berorientasi pada pencitraan. Bahkan, komitmen tersebut tampak nyata melalui keterlibatan langsung pucuk pimpinan perusahaan.

 

“Kehadiran direktur utama Pertamina dalam mengawal distribusi LPG semakin menunjukkan keseriusan dalam kontribusi di tengah bencana. Apa yang dilakukan Pertamina akan menjadi modal sosial Pertamina dalam membangun reputasi,” kata Fajar.

 

Fajar menegaskan bahwa langkah tersebut bukan semata-mata bagian dari kewajiban CSR. Ia menyebutnya sebagai tindakan moral yang seharusnya menjadi standar perusahaan besar, terutama ketika masyarakat berada dalam kondisi krisis. Momentum “ulang tahun tanpa perayaan” ini dinilai memiliki pesan simbolik kuat bahwa urusan kemanusiaan harus ditempatkan sebagai prioritas.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X