BANTUL, AYOYOGYA.COM - Sampah plastik berupa residu seperti tas kresek, bungkus mie instan, bungkus kopi instan, bungkus minuman ringan dan lain-lain selama ini menjadi salah satu persoalan yang belum ditemukan solusinya.
Penanganan residu plastik ini masih belum tuntas karena selalu menimbulkan persoalan yang baru.
Namun berkat ide brilian, di tangan tim investor senblok yang digawangi oleh Tri Setyawati, persoalan residu plastik ini dapat teratasi.
Sejumlah warga Kampung Bijak Sampah di Kampung Kanggotan, Kalurahan Pleret Kapanewon Pleret mampu mengubah residu sampah plastik menjadi barang bernilai tinggi yakni batako.
Baca Juga: Olah Sampah Jadi Kompos? Berikut Cara dan Penjelasannya
Koordinator Tri Setyawati menuturkan prinsip kerja dari alat mereka sebenarnya cukup sederhana yaitu pertama dengan menggiling residu plasti menjadi lebih halus berukuran serat.
Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencampuran, di mana ada pencampuran pasir dengan residu plastik yang telah dihaluskan.
Dalam mesin pencampuran tersebut, terjadi proses pemanasan residu plastik tersebut sehingga mencair dan mampu berfungsi menjadi perekat. Konsep yang mereka kemas sebenarnya memfungsikan residu plastik sebagai atau pengganti semen.
"Jadi sama, setelah tercampur langsung bisa kita cetak,"terangnya
Selain tidak memerlukan pembakaran, keunggulan alat yang mereka ciptakan ini membutuhkan waktu singkat untuk mencetak batako atau benda lain karena hanya 5 sampai 10 menit. Dan batako yang dihasilkan bisa langsung digunakan, tidak seperti produk sejenis menggunakan semen yang butuh waktu 28 hari untuk dimanfaatkan. Di samping itu, produk mereka juga lebih keras dibanding produk sejenis.
Baca Juga: Ogah Pakai Teknologi Tinggi, Bantul Masih Andalkan Pemilahan untuk Atasi Sampah
Tri menambahkan, mesin prototipe yang mereka hasilnya memang belum akan mereka kembangkan ke skala industri. Karena mereka masih belum mengetahui berapa ketersediaan bahan baku atau residu plastik yang ada di lapangan.
"Kami belum memiliki data berapa sih ketersediaan residu plastik ini,"terangnya.
Untuk investasi, lanjut Tri, sebenarnya tidak membutuhkan dana yang besar. Dibanding dengan insemerator, modal yang dibutuhkan tidak begitu besar. Sehingga ia yakin semua kelompok peduli sampah seperti bank sampah mampu menerapkannya.