ngayogyakarta

Filmmaker Hong Kong Soroti Adaptasi dan Identitas Baru Sinema Asia

Senin, 1 Desember 2025 | 21:57 WIB
Forum Komunitas JAFF 20 menghadirkan empat praktisi film asal Hong Kong yang tidak hanya berbagi pengalaman teknis, tetapi juga menyingkap perubahan mendasar dalam cara industri film Hong Kong bekerja. (dok.)

YOGYA, AYOYOGYA.COM - Forum Komunitas JAFF 20 menghadirkan empat praktisi film asal Hong Kong yang tidak hanya berbagi pengalaman teknis, tetapi juga menyingkap perubahan mendasar dalam cara industri film Hong Kong bekerja. Kehadiran mereka menciptakan dinamika diskusi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena fokusnya bukan hanya pada karya, tetapi juga pada evolusi sistem produksi dan tantangan kreatif yang tengah mereka hadapi.

Deretan narasumber seperti Man Lim Chung, Mandrew Kwan, Quist Tsang, dan Ivan Cheung datang dari latar belakang yang beragam, mulai dari perancang produksi, sutradara, fotografer stills, hingga pembuat film pendek. Ragam perspektif inilah yang membuat sesi berlangsung padat sejak awal.

Dalam paparan pembuka, para pembicara menegaskan bahwa kecepatan dan efisiensi yang selama ini menjadi ciri khas industri film Hong Kong tak lagi cukup di tengah perubahan teknologi dan pola konsumsi penonton. Mereka menekankan perlunya adaptasi menyeluruh, mulai dari pembaruan metode kerja hingga pembacaan ulang identitas sinema Hong Kong itu sendiri.

Man Lim Chung menyoroti fondasi visual sebagai titik awal perubahan.

“Di Hong Kong, perancang produksi tidak hanya bicara estetika, tetapi cara membangun ruang cerita. Kami harus bisa menerjemahkan visi sutradara dalam waktu yang sering kali sangat ketat," ujarnya, Senin (1/12/2025).

Baginya, tuntutan produksi yang cepat hanya dapat diimbangi melalui disiplin visual yang matang sejak praproduksi.

Sementara itu, Mandrew Kwan memotret dinamika generasi baru. Menurutnya, para pembuat film muda kini berhadapan dengan kebutuhan untuk bereksperimen tanpa melepaskan tradisi. “Kami tumbuh dengan tradisi panjang film Hong Kong, tetapi kini harus berhadapan dengan pasar yang berubah cepat. Tidak cukup hanya membuat film bagus, kami harus menemukan suara baru tanpa meninggalkan akar budaya," kata dia.

Dari perspektif fotografi, Quist Tsang mengungkapkan bagaimana peran stills, sering dianggap detail kecil justru menjadi bagian strategis dari pemasaran film modern.

“Kadang satu foto bisa menentukan persepsi penonton sebelum film dirilis. Tantangannya adalah menangkap emosi yang mungkin tidak terlihat di kamera utama," ujarnya.

Adapun Ivan Cheung menjelaskan posisi film pendek sebagai ruang eksperimentasi yang semakin krusial bagi regenerasi sinema Hong Kong.

“Bagi banyak pembuat film muda, film pendek adalah ruang untuk bereksperimen. Kami bisa mengambil risiko tanpa tekanan besar. Dari ruang kecil itu sering lahir peluang internasional," tambahnya.

Forum tahun ini bukan sekadar menghadirkan praktisi dari negara lain, tetapi menciptakan ruang pertemuan antara dua ekosistem film yang tengah berusaha memperkuat identitas dan jaringan. Peserta dari berbagai komunitas memanfaatkan sesi tanya jawab untuk menelusuri potensi kolaborasi lintas negara yang sebelumnya sulit dijangkau.

Forum Komunitas JAFF 20 dirancang sebagai jembatan pengetahuan yang membuka peluang kerja sama lebih konkret. “Kami ingin JAFF menjadi tempat belajar lintas budaya yang nyata, bukan sekadar perayaan film,” ujar salah seorang koordinator program.

Dengan tingginya antusiasme peserta, forum ini mempertegas posisi JAFF sebagai ruang belajar dan pertukaran ide, menempatkannya bukan hanya sebagai festival pemutaran film, melainkan juga sebagai laboratorium regional bagi relasi kreatif Asia yang terus berkembang. ***

Tags

Terkini