AYOYOGYA.COM - Jogja Fashion Parade (JFP) 2025 digelar selama tiga hari berturut-turut sejak Jumat (14/2) hingga Minggu (16/2) di Sleman City Hall, Yogyakarta.
Saat dijumpai di lokasi, Show Director JFP 2025 Nyudi Dwijo Susilo mengatakan, event besutan Asmat Pro Group itu mengusung tema yang berbeda yakni Pararellel Aesthetics.
Acara ini merupakan pelaksanaan kesembilan dimana menghadirkan partisipan mulai dari fesyen desainer, UMKM, siswa SMK tata busana, mahasiswa, serta siswa program kursus fesyen desain dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: IForte National Dance Competition Digelar di Jogja, Jadi Ajang Unjuk Kreativitas Anak Muda
"Keseluruhan berjumlah 120 orang," kata Nyudi disela-sela acara, Sabtu (15/2/2025).
Pada sesi ketiga hari kedua JFP, menampilkan Puspawarni Roemah Kebaya by Debby Maulana (Malang), Danny DWA (Sidoarjo), Yufa Sultra X Sembada Gold (Surabaya), Eko Rudianto (Surabaya), Batik Ayezet by Akhmad Yusuf Zuhdy (Surabaya), Griya Ageman by Linda Susanti (Yogya), dan Nandrio (Jakarta).
Masing-masing menampilkan evening gown dan sukses memukau para pengunjung di mal tersebut pasalnya berbagai busa yang ditampilkan memiliki makna perpaduan dua dunia yaitu tradisional dan modern, kaya sejarah dan nilai budaya, serta modernitas dinamis dan penuh inovasi.
“Khusus hari ini (Sabtu) sesi 2 dan 3 menampilkan evening gown, kebaya, ini total banget di 2 sesi terakhir. Karena tidak selalu kita bisa mengklasifikasikan jenis busana ke dalam satu show,” terang Nyudi.
Baca Juga: Penyelundupan Satwa Liar Kian Marak, Pakar UGM Dorong Perlindungan secara Integratif
Dijumpai terpisah, Desainer asal Surabaya, Yufa Sultra mengaku cukup senang bisa menjadi salah satu partisipan di event Jogja Fashion Parade itu.
Kali ini dia membawa 11 kostum dengan konsep dikhususkan untuk kontes kecantikan atau pageants.
Selain konsep pakaian terbuka, seluruh karya yang ditampilkan berwarna mencolok dan berkilauan. Dia bahkan memboyong tiga model dari Miss Teenager untuk menunjukkan sekaligus mengekpresikan ke publik karyanya.
“Konsepnya untuk pegeant saja, karena kostumnya terbuka jadi bukan untuk dipakai di acara-acara pesta. Memang karya kita semuanya seperti itu, spesialis pegeant,” cerita Yufa.
Dia juga menuturkan alasannya kembali mengikuti JFP yang kedua kalinya ini. Selain menampilkan karya busanannya, kata dia dapat membantu mempromosikan karya busananya lebih luas.