ngayogyakarta

Literasi Digital Siswa SMA se-Kabupaten Gunung Kidul: Sopan Bermedia Sosial Perlu Jadi Pegangan

Kamis, 16 Mei 2024 | 18:09 WIB
Siswa-siswi jenjang SMA se-Kabupaten Gunung Kidul, mengikuti kegiatan literasi digital nonton bareng, Kamis 16 Mei 2024. (dok Kominfo.)

YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM -Siswa-siswi jenjang Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Gunung Kidul, mengikuti kegiatan literasi digital nonton bareng, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung Kidul, Kamis 16 Mei 2024.

Kegiatan yang digelar secara daring lewat zoom dari SMAN 1 Wonosari Gunung Kidul DIY, dengan mengambil tema " Etika Pelajar di Dunia Digital ".

Kegiatan nobar tersebut, digelar guna mengedukasi para siswa-siswi SMA se-Kabupaten Gunung Kidul DIY, agar mengerti akan etika berkomunikasi di media sosial. Edukasi ini sesuai perkembangan media sosial yang bisa membawa beberapa risiko diantaranya, adalah kekerasan di dunia medsos, seperti cyberbullying, online sexual harassment, serta kemungkinan pelanggaran keamanan data yang berpengaruh pada privasi.

Wakil Kepala Dinas Dikpora DIY, Drs. Suhirman M.Pd, mengatakan agar sekolah-sekolah bisa menggunakan perangkat digitalnya sesuai dengan fungsi yang tepat dalam bermedia sosial. Supaya sopan dalam bernarasi, tidak melanggar aturan dan menimbulkan stigma negatif saat berkomunikasi menggunakan media sosial.

"Saya berharap dengan adanya literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang mengusung tema Etika Pelajar di Dunia Digital dapat memilah informasi yang baik dan benar. Perkembangan teknologi tidak lepas dari komunikasi melalui media sosial, oleh karena itu para siswa harus memahami informasi dari sumbernya, dan tidak terpancing oleh Hoax," jelasnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat, terdapat 12.547 konten hoaks yang beredar di website dan platform digital sepanjang Agustus 2018 sampai Desember 2023. Konten tersebut diidentifikasi, diverifikasi, dan divalidasi oleh Tim AIS Ditjen Aplikasi Informatika.

Korwil Mafindo Wonosobo, Astin Meiningsih, yang mengatakan masyarakat saat ini, banyak yang telah merasakan kegunaan internet dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pengguna internet maka semakin tinggi pula kemungkinan tindak kejahatan yang diawali oleh beredarnya berita hoax, terlebih di kalangan pelajar.

"Dunia digital, sangat luas dan bebas untuk berekpresi. Pengguna medsos, paling banyak didominasi oleh kalangan pelajar. Medsos sebagai sarana untuk mencari informasi, dan berinteraksi dengan komunitas atau sebagai sarana kegiatan belajar mengajar. Banyak sekali informasi yang masuk melalui medsos, baik itu informasi hoax, atau informasi berita. Etika dalam bermedsos harus mereka pahami, para pelajar tersebut, harus mengerti tentang budaya bermedia sosial," ungkap Astin.

Menurut hasil penelitian Center For Digital Society (CfDS) per Agustus 2021 bertajuk Teenager-Related Cyberbullying Case in Indonesia yang dilakukan kepada siswa SMA usia 13-18 dari 34 Provinsi di Indonesia. Hasil penelitian terkait cyberbullying tersebut menyebutkan sebanyak 1.895 siswa (45,35%) mengaku pernah menjadi korban, sementara 1.182 siswa (38,41%) lainnya menjadi pelaku. Rata-rata para siswa tersebut mudah terhasut oleh konten-konten negatif, yang sangat kurangnya para siswa dalam mendapatkan edukasi tentang etika bermedia sosial.

Krisna Aditya dari Social Media Strategist Tular Nalar, mengatakan edukasi digital saat ini harus mengerti tentang Prinsip THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary and Kind) dalam beretika digital. Karena prinsip tersebut merupakan salah satu pegangan penting bagi para siswa SMA untuk lebih berhati-hati, dan memiliki etika saat menggunakan media sosial.

"Para siswa harus di bekali dengan edukasi yang bisa memilah dan memahi setiap konten-konten yang terkirim melalui media sosial. Yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah akun di medsos yang dinilai provokatif. Apabila mendapatkan konten dari media sosial, yang dinilai mencurigakan dan dianggap sebagai provokasi, kita harus mencari sumber berita yang jelas, supaya kita tidak dirugikan dengan adanya konten negatif tersebut," ungkap dia.***

 

Tags

Terkini