YOGYA, AYOYOGYA.COM - Sutradara dan editor film asal Australia, Adrian Powers, berbagi pengalaman di dunia perfilman kepada para sineas muda Yogyakarta melalui sesi masterclass yang interaktif dan inspiratif. Bertempat di Jogja Film Academy, acara ini menjadi bagian dari Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) yang tahun ini memasuki dekade ke-10 penyelenggaraannya.
Dalam masterclass bertema “Menghasilkan Film Berkualitas Hollywood dengan Anggaran Terbatas,” Adrian mengajak peserta untuk memahami pentingnya menguasai tiga aspek penting dalam proses pembuatan film: menulis, menyutradarai, dan menyunting.
“Kalau ingin menjadi sutradara yang baik maka seseorang harus belajar menulis dan menyunting. Sedangkan kalau mau jadi penulis yang baik maka belajarlah menyutradarai dan menyunting. Kalau mau jadi editor yang baik belajarlah menulis dan menyutradarai. Dengan belajar ketiganya maka kita menjadi memiliki banyak perspektif dan pemahaman membuat film yang lebih baik,” jelas Adrian saat sesi diskusi, Senin (2/6/2025).
Sesi dimulai dengan pemutaran film Royal in Paradise, karya Adrian yang sebelumnya telah tayang di bioskop Australia. Film ini menjadi pintu masuk untuk berdiskusi lebih jauh soal bagaimana kualitas film internasional bisa dicapai meski dengan sumber daya terbatas.
Adrian, yang juga dikenal sebagai editor 13 film layar lebar dan penulis untuk serial Dive Club (2021), tak hanya berbagi pengalaman teknis, tapi juga memberi 10 prinsip utama untuk membuat film berkualitas dengan bujet minimal. Beberapa di antaranya adalah: tulis apa yang Anda ketahui, curi bidikan Anda, dan selalu mengelabui penonton Anda. Ia menutup daftarnya dengan pertanyaan reflektif: “Apakah Anda yakin ingin melakukan ini?”
Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari keterlibatan aktif para mahasiswa dan komunitas film lokal yang memenuhi ruangan. Amanda Panayotou, Second Secretary Public Diplomacy dari Kedutaan Besar Australia, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk nyata kerja sama budaya antara Australia dan Indonesia.
“Kegiatan ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk industri kreatif serta dalam pertukaran dan kemitraan budaya antara Australia dan Indonesia,” ujar Amanda. “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Jogja Film Academy yang telah membantu kami dalam menyelenggarakan masterclass karena hal ini penting untuk saling belajar,” lanjutnya.
Adrian pun mengaku senang berada di Yogyakarta dan melihat langsung gairah para pembuat film muda Indonesia.
“Senang sekali bisa melihat mereka dan belajar dari mereka. Saya ingat ketika saya masih di sekolah film dan belajar dari para sineas yang telah berpengalaman. Jadi saya ingin memberikan kembali ilmunya kepada para siswa dan sineas muda di Yogyakarta,” ungkap Adrian.
“Saya pikir dunia film Indonesia itu menarik, jadi saya tidak sabar untuk menonton lebih banyak film dan kembali ke Australia untuk menceritakannya kepada mereka. Saya juga akan merekomendasikan mereka untuk datang ke sini dan berkolaborasi,” tambahnya.
Direktur Akademi Film Yogyakarta, Tri Wahyudi, menyambut baik kegiatan tersebut. Ia menyebut acara ini sebagai peluang langka dan sangat berharga bagi para mahasiswa untuk belajar langsung dari pelaku industri film luar negeri.
"Saya harap, dari acara ini teman-teman bisa memberikan banyak pertanyaan. Get knowledge, get the information and everything," ujarnya.
Senada dengan Tri, Amanda Panayotou selaku Second Secretary Public Diplomacy Kedutaan Besar Australia, menekankan pentingnya program seperti ini dalam mendorong pertukaran budaya antara kedua negara.
"Selama satu dekade FSAI telah berkembang menjadi platform bagi penonton dan pembuat film Australia dan Indonesia untuk saling terhubung dan belajar," ucap Amanda.
Artikel Terkait
Produseri Film Pendek, Ifa Isfansyah Gandeng Sineas Muda Yogyakarta
Prestasi Sineas Lokal! Jumlah Penonton Film Indonesia Lebih Banyak Daripada Film Asing
Luncurkan REEL LIFE Film Camp, JAFF dan Netflix Siapkan Sineas Muda untuk Majukan Perfilman Indonesia