Waspada, Ancaman Limbah Medis Pascapandemi Covid-19

photo author
- Jumat, 5 Agustus 2022 | 09:00 WIB
Ilustrasi pandemi Covid-19. (Pixabay/Alexandra Koch)
Ilustrasi pandemi Covid-19. (Pixabay/Alexandra Koch)

Peningkatan sampah medis yang terus berlanjut juga berdampak pada peningkatan kasus aktif Covid-19 di Indonesia. Hal ini disebabkan penggunaan limbah medis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti pendaur ulang limbah medis ilegal yang tidak memiliki izin.

Selain itu, TPA ini berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Karena APD sekali pakai yang banyak digunakan saat ini terbuat dari bahan anorganik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai.

Masker sekali pakai dengan bahan tiga lapis, menurut rekomendasi WHO, salah satu limbah yang melepaskan mikroplastik selama dekomposisi. Mikroplastik tambahan ini dapat masuk ke tanah dan badan air, yang memerlukan perhatian khusus.

Penyelesaian Masalah
Rantai pengelolaan sampah medis, terutama di masa pandemi, harus dimulai dari tingkat individu hingga tingkat nasional. Semua masker sekali pakai yang digunakan dapat disimpan dalam wadah kedap udara dalam kondisi terlipat dan rusak.

Wadah plastik yang disegel atau disegel ini harus dibuang ke tempat sampah khusus B3 atau tempat sampah medis. Kemudian kendaraan diangkut dan dipisahkan dari sampah rumah tangga lainnya. Ini berlaku untuk berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, Korea, dan China.

Baca Juga: Duh! Pandemi Bikin Kekerasan pada Perempuan dan Anak di Jogja Meningkat Drastis

Tempat pelayaran bukan lagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tetapi sudah bergunung-gunung sampah. Kekurangan fasilitas pengolahan limbah B3 juga perlu segera diisi.

KLHK dan Bappenas bertujuan untuk membangun 32 instalasi pengolahan limbah B3 baru untuk didistribusikan di berbagai daerah dan pada akhir tahun 2020, lima instalasi pengolahan limbah B3 baru telah dibangun.

Pemanfaatan mikroorganisme
Dengan semakin berkembangnya fasilitas pengolahan khusus limbah medis, teknologi pengolahan juga harus dikembangkan.

Pembakaran atau pemanasan, yang banyak digunakan saat ini, telah gagal mengatasi kekhawatiran tentang akumulasi mikroplastik yang dapat mengancam kesehatan lingkungan. Biodegradasi menggunakan mikroorganisme dapat mengatasi masalah ini.

Kelompok bakteri seperti Pseudomonas sp dan beberapa jamur mikroskopis memiliki enzim tertentu yang mampu menguraikan berbagai polimer plastik menjadi sumber karbon dan air yang dapat dilepaskan dengan aman ke udara.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mikroorganisme, faktor fisik dan kimia yang tepat dan aman. Biodegradasi di lokasi limbah B3 yang berfungsi dengan baik membuka peluang yang lebih luas untuk limbah yang lebih umum dan kurang berisiko.

(Faisal Hendrawan Dwi Janarko/Magang Ayoyogya)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X