“Rasanya menegangkan, tapi juga sangat menantang. Kami belajar banyak dari para senior,” ujar Emilat.
Sementara Pritt Timothy menyebut perannya sebagai “tipis tapi menghancurkan,” karena meski singkat, kehadirannya mampu mengguncang dinamika keluarga dalam film.
Berbeda dari film horor konvensional, RIBA menyajikan teror yang lebih membumi. Kengerian tidak hanya datang dari makhluk gaib, tetapi juga dari dalam diri manusia yang terdesak oleh keadaan. Penonton diajak menyaksikan bagaimana tekanan ekonomi, utang menumpuk, dan rasa putus asa bisa mendorong seseorang pada kehancuran spiritual.
Secara visual, film ini mengandalkan tata warna dan pencahayaan yang menggambarkan simbolisme moral. Warna dingin dan atmosfer suram digunakan untuk memperkuat pesan religius yang ingin disampaikan.
“Teror dalam RIBA bukan sekadar debt collector yang datang menagih, tapi sesuatu yang lebih mengerikan, yang tak kasat mata, namun nyata dalam batin,” tambah Bedy Kunady.
Pesan Moral dan Dimensi Religius
Film ini juga menyoroti larangan riba dalam ajaran Islam, serta akibat spiritual dari keserakahan dan menghalalkan segala cara.
Produser Titin Suryani menegaskan, RIBA bukan hanya film hiburan, tetapi juga renungan moral bagi masyarakat modern.
“Lewat Riba, kami ingin menghadirkan cerita menegangkan sekaligus menggambarkan sisi tergelap manusia ketika terdesak oleh tekanan ekonomi dan tergoda mengambil jalan pintas lewat hutang,” ujarnya.
Ia menambahkan, awalnya film ini memiliki judul berbeda dengan versi thread di media sosial. “Namun, pihaknya mengganti judul menjadi ‘Riba’ karena ingin menekankan makna religius dan moral yang lebih kuat. Film ini tak hanya menyuguhkan teror dari makhluk gaib, tetapi juga menghadirkan ketakutan dari penyesalan dan keserakahan manusia,” tegasnya.
Artikel Terkait
Pemain Film Komang Sapa Penonton di Jogja, Ajak Rayakan Perbedaan Cinta yang Tulus
Lewat FSAI 2025, Sutradara Australia Bagikan Tips Bikin Film Hollywood dengan Dana Terbatas ke Sineas Muda Jogja
Film "Bertaut Rindu” : Ajakan untuk Lebih Mendengar Antara Anak dan Orangtua
Film Believe Guncang Emosi Penonton, Sajikan Kisah Prajurit dan Ayah yang Tak Terucap
Bukan Sekadar Romansa, Film Sore: Istri dari Masa Depan Hadirkan Perjalanan Emosional Penuh Pengorbanan
Screening Perdana Film “Panggil Aku Ayah” di Yogyakarta, Penonton Disuguhi Tawa dan Haru
Film Musikal “Siapa Dia” Suguhkan Romansa, Sejarah, dan Budaya Pop dalam Empat Era
Dari Pesantren ke Layar Lebar, Wamenag Dorong Santri Berkarya Lewat Film Islami
Iko Uwais Persembahkan 'Timur', Buka Babak Baru Film Laga Indonesia
‘Sosok Ketiga: Lintrik’, Film Horor Nusantara dengan Sentuhan Emosional Siap Tayang di Bioskop