Pakar Kesehatan : Stop Sumber Garam Bagi Penderita Hipertensi

photo author
- Sabtu, 21 Januari 2023 | 22:00 WIB
Ilustrasi garam.Pakar Kesehatan  Menyatakan  Stop Sumber Garam Bagi Penderita Hipertensi (Pixabay.)
Ilustrasi garam.Pakar Kesehatan Menyatakan Stop Sumber Garam Bagi Penderita Hipertensi (Pixabay.)

SLEMAN, AYOYOGYA.COM- Penyakit hipertensi identik sebagai penyakit yang menyerang orang berusia lanjut karena risiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Meski begitu, dalam kenyataannya tidak sedikit kasus hipertensi terjadi pada kalangan usia muda. Sebagai solusi pakar kesehatan menyatakan stop memberikan sumber garam bagi mereka.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan RI terdapat sebesar 8,7 persen penderita hipertensi usia 15-24 tahun. Sementara Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1 persen.Maka dari itu pakar kesehatan menegaskan untuk stop sumber haram bagi penderita tekanan darah tinggi ini.

Dari data tersebut angka kejadian tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44.1 persen, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2 persen. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6 persen, umur 45-54 tahun 45,3 persen, umur 55-64 tahun 55,2 persen. Jadi sudah waktunya pakar kesehatan menyerukan stop sumber garam bagi penderita hipertensi.

Baca Juga: Rocky dan Raize Bersiap Kalah Telak, Ini Keunggulan Tata Nexon yang Jauh Lebih Murah dan Bertenaga

Ali Baswedan, Sp.PD-KEMD, Dokter Spesialis pada Klinik Endokrin di RSA UGM, menyitir pendapat Kemenkes yang menyatakan bahwa seseorang dinyatakan hipertensi kalau dalam waktu dua kali pemeriksaan dalam rentang satu minggu tensi di atas 140 sehingga jika pengukuran sudah 141 maka sudah masuk kategori hipertensi.

“Tapi sekali lagi pengukurannya harus dua kali dalam waktu satu minggu. Dari definisi Kemenkes seperti itu dalam dua kali pemeriksaan dalam seminggu jika tekanan darah 140 ke atas untuk batas atas dan 90 ke atas untuk batas bawah maka yang bersangkutan sudah dinyatakan hipertensi," ujarnya dalam siaran pers Sabtu (21/1/2023).

Ali Baswedan menuturkan hipertensi adalah suatu penyakit yang dalam keadaan tertentu tidak bergejala. Tidak ada gejala tetapi begitu diukur tensi tiba-tiba tinggi, namun ada juga yang ditandai dengan gejala sakit kepala, merasa tidak nyaman dan lain-lain.

Baca Juga: Ini Tanda HP Anda Ada Aplikasi Pemantau untuk Kepo dan Awasi Aktivitas, Bisa Jadi Istri yang Pasang

Tetapi sebagian besar hipertensi, tidak bergejala atau silent, dan itu yang berbahaya. Oleh karena itu, pemeriksaan secara periodik bisa tiga bulan sekali sangat penting untuk dilakukan agar setiap individu mampu mendeteksi sejak awal apakah dirinya ada hipertensi atau tidak.

“Terutama bagi orang-orang yang memiliki keturunan hipertensi, misal dari bapak, kakek neneknya, pamannya, dan memiliki kecenderungan seperti itu maka sebaiknya secara periodik periksa," katanya.

Ali Baswedan menjelaskan secara umum hipertensi dibagi ke dalam 2 kelompok, pertama hipertensi esensial atau hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya yang besarannya mencapai 90 persen. Kedua hipertensi sekunder atau hipertensi yang bisa dilacak penyebabnya yang besarannya mencapai 10 persen.

Menurut Ali hipertensi sekunder ini masih memiliki harapan untuk diperbaiki. Semisal karena kelainan ginjal maka begitu ginjal diobati maka hipertensi akibat ini bisa sembuh, demikian pula hipertensi akibat kelainan hormon berlebih maka jika hormon diobati maka hipertensi akibat gangguan inipun bisa normal kembali.

Baca Juga: Intip Harga BBM Terbaru Baik Milik Pertamina Maupun Swasta per Hari Ini Sabtu 21 Januari 2023

“Artinya yang 10 persen ini merupakan tipe hipertensi yang bisa diperbaiki, sedang yang 90 persen tidak lagi bisa," ucapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X