HMI Jabodetabek Bersuara Soal Gagal Ginjal Akut: Kinerja BPOM dan Kemenkes Ngapain Aja?

photo author
- Rabu, 26 Oktober 2022 | 12:21 WIB
Ilustrasi gagal ginjal akut pada anak. (ilustrasi anak sakit, pixabay)
Ilustrasi gagal ginjal akut pada anak. (ilustrasi anak sakit, pixabay)

JAKARTA, AYOYOGYA.COM – Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jabodetabek-Banten angkat bicara terkait maraknya kasus gagal ginjal akut anak.

Pada saat informasi yang berkembang saat ini mereka justru mempertanyakan kinerja BPOM dan Kemenkes selama ini.

Mengutip data yang dihimpun Menteri Kesehatan, sudah ada 241 kasus gagal ginjal akut pada anak dengan korban jiwa mencapai 133 orang.

Baca Juga: Berperan Dalam Penguatan Ketahanan Pangan di Sleman, Jangan Malu Jadi Petani

"Kasus kesehatan ini menjadi penting untuk kita waspadai karena sudah banyak yang terpapar dan bahkan mengalami terjatuhnya korban jiwa, akibat keteledoran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ini perlu ada penanganan secara cepat agar penyakit gagal ginjal ini tidak lagi memakan korban," ujar Wasekum Bidang Demokrasi, Pemerintahan dan Politik, Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jabodetabek-Banten, Muhammad Faqih, melansir Republika Rabu (26/10/2022).

Dia pun mempertanyakan kinerja Menkes dan BPOM dalam menerbitkan obat yang tidak layak pakai.

"Ada yang aneh pada Kemenkes dan BPOM, mengapa baru-baru ini menerbitkan obat yang tidak layak pakai? Mestinya jauh-jauh hari obat yang tidak layak pakai diterbitkan. Kedua, obat hasil impor ini mestinya diuji dulu kelayakannya, sebelum didistribusikan, mengapa baru mau diuji sesudah banyak memakan korban?," ucap Faqih.

Baca Juga: Kekerasan Seksual di Kampus Masih Jadi Isu Seksi, Ini Penjelasannya

"Ketiga saya juga mempertanyakan PT Indofarma (Persero) Tbk Ini kan yang membuat obat Parasetamol berjenis sirup dan sekarang baru berhenti sejak ada intruksi langsung dari menteri, ini kan aneh mulai dari Menteri, BPOM dan PT Indofarma, seperti ada bisnis didalamnya," kata dia.

Selain itu, Faqih juga meminta kepada Menkes untuk belajar dari kasus Covid-19. "Mestinya pasca-Covid-19 kemarin Kemenkes harus tetap waspada dan banyak belajar agar tidak ada lagi segala jenis penyakit yang datang dan obat-obatan yang layak dikonsumsi dan diperjualbelikan, ini sudah cukup lama sejak 2 September lalu, penyakit ini beredar kok malah diam aja, emang Kemenkes kerjanya ngapain saja?," jelas Faqih.

Baca Juga: Cara Ganti Thema Premium di GB WhatsApp (GB WA) Apk Asli OFFICIAL Terbaru 2022

Seorang Warga di Indragiri Hulu Riau Kritis Setelah Diserang Beruang
Diketahui bahwa obat-obatan berjenis Unibebi Cough Syrup 60 ml yang kini ditarik peredarannya karena kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) melebihi ambang batas aman.

"Ini kan aneh, sudah tahu obat itu tidak layak pakai, tetap diberikan kepada orang yang sakit, ini dokter yang tidak paham atau emang sengaja diberikan kepada pasien agar obat tersebut terjual habis?," tutupnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Sumber: Republika

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X