TEMANGGUNG, AYOYOGYA.COM- Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah memiliki sejumlah destinasi wisata unik.
Salah satunya berupa pasar tradisional yang terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu.
Menjajakan berbagai kuliner tradisional baik makanan dan minuman, hasil pertanian, hingga berbagai kerajinan tangan mulai dari kemasan produk, alat rumah tangga, hingga mainan anak, terdapat di pasar papringan ini.
Uniknya untuk dapat membeli apa yang dijual di pasar ini, pengunjung harus menukar uang dengan koin bambu. Penukaran ini, terdapat di loket sebelum pintu masuk area pasar. Pengunjung dapat menukar uang dengan koin kelipatan Rp2.000, Rp20.000, dan Rp50.000.
Baca Juga: Luncurkan Pasar Potrojayan, Bupati Sleman Imbau Agar Kebersihan Pasar Selalu Dijaga
Mengikuti perkembangan zaman, penukaran koin ini juga dapat menggunakan e-money, dimana panitia telah menyediakan scan barcode dengan QRISS untuk dapat menukar uang.
Pengunjung tidak boleh menggunakan plastik untuk membungkus barang belanjaannya, namun pihak pengelola telah menyiapkan keranjang bambu sebagai penggantinya.
Keunikan lain, pasar ini tidak hadir setiap hari, namun hanya ada di hari Minggu Wage dan Minggu Pon. Untuk memudahkan para prngunjung mengetahui kapan waktu pasar ini buka, biasanya akan di umumkan di akun Instagram resmi @pasarpapringan.
Totalitas dalam mengusung konsep zaman dahulu, para penjualpun menggunakan pakaian lurik atau pakaian-pakaian model dahulu yang dilengkapi dengan alunan gamelan jawa.
Tidak hanya menikmati kuliner dan kesejukan suasana kebun bambu, dengan latar belakang rumpun bambu, serta interaksi jual beli pengunjung dapat menjadikan hal itu menjadi backgrond spot foto yang menarik.
Berdiri di atas tanah seluas 2.500 meter milik beberapa warga, dengan rumpun-rumpun pohon bambu yang mengelilinginya, menjadikan tempat ini dinamai papringan, berasal dari kata pring yang dalam bahasa Indonesia berarti bambu.
Baca Juga: Dukung FEKDI 2022: BI DIY Resmikan 7 Pasar dan 1 Mal Siap QRIS
Pasar ini tentunya dibangun dengan gotong royong masyarakat desa dan dikelola oleh muda-mudi setempat yang tergabung dalam Komunitas Mata Air.
Mereka mengubah tempat yang dahulunya hanya digunakan untuk tempat pembuangan sampah yang kumuh dan bau, menjadi tempat bersih dan memiliki nilai ekonomi.
Artikel Terkait
Ratusan Liter Minyak Goreng Kemasan Dijual di Operasi Pasar Pemkab Sleman
BNI Tokyo Buka Akses UMKM Indonesia Menembus Pasar Jepang Melalui FOODEX 2022
Bangkitkan Geliat Ekonomi di Masa Pandemi, Sleman Punya Pasar Ramadan UMKM
Bupati Sleman Tinjau Operasi Pasar Minyak Goreng Curah, Pastikan Stok Aman Selama Lebaran
Balkonjazz Festival 2022 Bikin Ibu-Ibu Pasar Balkon Kebanjiran Order