Tayang Tahun Depan, Visinema Hadirkan Nostalgia untuk Generasi Kini Lewat Film Na Willa

photo author
- Sabtu, 29 November 2025 | 17:51 WIB
Visinema Studios bakal merilis Na Willa, film yang akan tayang saat Lebaran 2026. (dok.)
Visinema Studios bakal merilis Na Willa, film yang akan tayang saat Lebaran 2026. (dok.)

YOGYA, AYOYOGYA.COM – Keberhasilan Jumbo yang meraup lebih dari 10 juta penonton ternyata tidak membuat Visinema Studios tergoda untuk terus bermain di ranah tontonan berskala besar. Justru sebaliknya, rumah produksi ini mulai menata arah baru, yakni kembali ke akar, ke cerita yang kecil namun berdampak emosional.

Pilihan ini terwujud melalui proyek terbaru mereka, Na Willa, film yang akan tayang saat Lebaran 2026.

Alih-alih menempatkan film ini sebagai penerus kesuksesan Jumbo, Visinema justru memosisikan Na Willa sebagai penanda pergeseran fokus kreatif. Bila Jumbo memperluas cakrawala, Na Willa berusaha memperdalam perasaan. Film yang diadaptasi dari buku anak karya Reda Gaudiamo ini menjadi kesempatan bagi Visinema untuk membicarakan kembali pentingnya dunia anak sebagai ruang naratif yang setara.

Dalam diskusi “Beyond The Next Stories With Na Willa” di JAFF Market, Yogyakarta, Sabtu (29/11/2025), Anggia Kharisma, Chief Content Officer Visinema Studios, menjelaskan bahwa proyek ini datang bukan sekadar sebagai adaptasi, tetapi sebagai panggilan kreatif.

“Cerita Na Willa itu sederhana sekali, tapi rasanya seperti pelukan. Kalau Jumbo membawa kita pada perjalanan keluar yang penuh magis, Nawila justru menarik kita kembali ke dalam. Ke masa kecil, ke ingatan yang mungkin kita lupakan, tapi diam-diam selalu kita cari,” paparnya, Sabtu (29/11/2025).

Di sinilah letak pergeseran sudut pandang Visinema. Mereka tidak lagi hanya mengejar pencapaian layar lebar, tetapi membangun ruang yang lebih luas untuk cerita-cerita yang jarang diberi perhatian serius, terutama dari kacamata anak. Anggia menekankan bahwa film ini menggambarkan dunia dari perspektif seorang anak enam tahun, sudut pandang yang sering kali terpinggirkan dalam industri film.

“Dunia orang dewasa itu tampak biasa saja. Tapi bagi anak enam tahun, tiap sudut adalah petualangan, tiap rasa adalah penemuan. Na Willa mencoba merawat rasa itu,” jelasnya.

Ia juga membandingkan secara gamblang skala Jumbo dengan Na Willa, di mana film baru ini justru menawarkan kebebasan personal dan menjadi representasi dari “golden era” setiap anak.

“Tadi ada yang bilang film ini terasa seperti nostalgia. Iya, benar. Rasanya seperti dipanggil oleh masa lalu kita sendiri. Tapi untuk anak-anak sekarang, ini tentang bagaimana mereka memaknai kebebasan, bagaimana mereka mengenali hari-hari kecil mereka dengan lebih baik,” ungkapnya.

Sementara itu, Herry B Salim, Group President & CEO Visinema Studios, melihat Na Willa tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai investasi strategis untuk ekosistem kreator Indonesia. Ia menjelaskan bahwa film ini memang mengambil latar akhir 60-an, namun dirancang dengan pendekatan visual yang tetap modern.

"Namun film ini disajikan lewat gaya visual yang tetap relevan untuk penonton masa kini," jelasnya.

Dengan contoh sederhana soal ingatan masa kecil melihat rumah besar atau menikmati es krim pertama kali, Herry menegaskan bahwa kekuatan Na Willa ada pada resonansi emosional lintas generasi.

“Kalau saya tanya ke kalian, pernah enggak dulu pas umur enam tahun lihat rumah mewah rasanya kayak istana?” tuturnya.

“Nah, resonansi itulah yang mau kita hadirkan lagi,” sambungnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X