BANTUL, AYOYOGYA.COM- Upaya pelestarian suatu cagar budaya, khususnya cagar budaya milik pribadi atau perseorangan, seringkali dilematis.
Pada satu sisi pelestarian membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun di sisi lain cagar budaya tidak bisa dikelola sebagai potensi ekonomi karena beberapa pembatasan.
Sebagai upaya memberikan jalan keluar atas masalah itu, Dinas Kebudayaan Bantul me-launching Gemi Setiti, Gerakan Memanfaatkan Potensi (Cagar Budaya) Secara Hati-Hati.
Risman Supandi, M.Pd., Kabid. Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Bantul mengatakan, salah satu wujud nyata gerakan Gemi Setiti ini adalah Wisata Edukasi Budaya Ndalem Ambatik. Wisata dengan konsep CBT (Community Base Tourism) ini, memanfaatkan potensi cagar budaya Joglo R. Hardjo Soedarmo sebagai pusat kegiatan.
Baca Juga: Wisata Alam Air Terjun Teladas Barun, Surga Kecil di Lahat Sumsel yang Estetik dan Instagramable
Joglo yang didirikan tahun 1920 oleh keluarga R. Hardjo Soedarmo, pada masanya pernah menjadi salah satu pabrik kain batik terbesar di Imogiri.
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Nugroho Eko Setyanto, S.Sos., MM., dalam sambutannya mengatakan, upaya yang dilakukan ini bisa menjadi contoh nyata yang bisa ditiru oleh cagar budaya lainnya. Di Bantul, jumlah cagar budaya yang tersertifikasi saat ini berjumlah 176 cagar budaya. Kolaborasi dengan potensi budaya lain yang ada di sekitar cagar budaya akan meningkatkan daya tarik cagar budaya tersebut.
Budaya membatik di Girirejo, sudah ada sejak abad 17. Saat kompleks makam raja-raja di Pajimatan, Girirejo, Imogiri berdiri, diutuslah beberapa abdi dalem untuk merawat dan menjaga kompleks makam tersebut. Kehadiran para abdi dalem kraton inilah yang mengawali adanya budaya membatik di Yogyakarta. Batik yang semula merupakan budaya di dalam kraton, akhirnya memasyarakat.
Baca Juga: Simak 6 Destinasi Wisata di Jepara, Ada Pulau Panjang Bak Pulau Pribadi
Girirejo, saat ini juga menjadi pusat kerajinan warangka keris terbesar di seluruh Indonesia. Selain itu, ada pula potensi lain seperti makam Pangeran Pekik (sesepuh Mataram), pengusaha wedang uwuh, pengusaha tempe benguk, kuliner ndeso, berbagai kesenian Jawa, dan lain-lain.
Ndalem Ambatik, berupaya melibatkan seluruh potensi budaya yang ada di kalurahan budaya Girirejo ini, sebagai potensi wisata edukasi budaya. Secara reguler, Dalem Ambatik membuka cagar budaya Joglo R. Hardjo Soedarmo dan kuliner Pawon Ndeso setiap hari mulai jam 10.00 – 22.00 WIB.
Baca Juga: Liburan ke Dieng Wonosobo Pastikan Kunjungi 7 Tempat Wisata Ini
Sedangkan untuk paket wisata edukasi budaya, ada kegiatan pengenalan cagar budaya, belajar membatik, outbond, belajar membuat tempe benguk, belajar membuat emping, belajar membuat warangka keris, dolanan anak tradisional, belajar memakai busana adat Jawa, dan masih banyak atraksi wisata edukasi budaya menarik lainnya.
Dengan cara demikian, Ndalem Ambatik bukan hanya berupaya melestarikan cagar budaya, namun juga ikut mengembangkan potensi budaya lainnya yang ada di kalurahan budaya Girirejo.
Artikel Terkait
Nikmati Wisata Danau Cengkehan Patean Kendal, Rindang dan Hijau Cocok Buat Healing
Intip Wisata Gumuk Pasir Parangkusumo, Langka dan Hanya ada Dua di Dunia
Kenalan Lebih Dalam dengan Museum Affandi, Cocok untuk Wisata Edukasi
Hunting Foto Instagramable Sambil Healing di Wisata Pantai Watu Lawang Gunungkidul
Mengintip Wisata Telaga Bedakah Wonosobo, Surga Kecil Tersembunyi di Kaki Gunung Sindoro