Peringatan HUT Kota Jogja dan Hegemoninya

photo author
- Senin, 10 Oktober 2022 | 11:30 WIB
Ilustrasi Tugu Jogja. Salah satu ikon Kota Jogja. (Pixabay)
Ilustrasi Tugu Jogja. Salah satu ikon Kota Jogja. (Pixabay)

YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM- Konon menurut Penyair Joko Pinurbo, Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Benarkah demikian?

Jika mendengar kata Jogja, penduduk luar kawasan pasti punya keinginan untuk mengunjunginya. Jogja merupakan Kota yang paling sering dikunjungi setelah Bali dan Jakarta. Tidak sedikit masyarakat Indonesia membuat agenda utama untuk liburan , dan pendidikan ke kota ini.

Jogja tidak menjanjikan siapa yang tinggal akan bisa menjadikannya kaya raya, namun tinggal di jogja membuat yang pergi ingin kembali, yang jauh merasa rindu, yang dekat merasa nyaman.

Setiap sudut kota banyak hal yang memberikan momentum untuk di abadikan, baik itu kesenian, keaneka ragaman, cagar budaya, kuliner, dan lainnya.

Baca Juga: Persiapan Konser Westlife di Prambanan Jogja, Ini Lirik Lagu If I Let You Go

Jogja tak pernah memaksa orang untuk datang, tetapi orang akan datang sendiri, dan merasakan keistimewaanya.

Sayangnya pergeseran norma dan urbanisasi di era globalisasi mulai memberikan pengaruh pada keistimewaan kearifan lokal yang dimiliki. Hanya beberapa yang masih mempertahankan ciri khas leluhur, dan selebihnya menghendaki pudarnya ciri khas jogja sebagai aslinya Nusantara, siapa lagi kalau bukan kelompok idiologis yang menginginkanya.

Jogja dalam diam menahan keluhan yang sesungguhnya sedang tidak baik-baik saja. Apapun yang kota ini pendam dan rasakan, ia tak akan pernah ingkar memberi janji, bahwa Jogjakarta layak menjadi tempat yang di rindukan, tempat dimana yang pergi ingin pulang, tempat yang dekat merasa nyaman dan enggan meninggalkan. Bahkan hati yang pernah terlukapun masih ingin merangkai puzzle kenangan itu di kota ini.

Baca Juga: Prediksi Resesi di 2023, Ini Rekomendasi Pilihan Investasi Ekonomi yang Tahan Banting

Dikota ini banyak puisi yang bisa ditulis, banyak narasi yang bisa dirangkai, banyak syair lagu yang bisa di cipta dan banyak nada-nada yang bisa di padu, banyak ide atau gagasan yang bisa lahir.Banyak pula kesempatan untuk memulai menjadi orang baik hingga menjadi orang penting.

Aku, kamu, dan mereka , pernah merasa candu untuk menghabiskan banyak waktu di setiap sudut kota, dari pagi hingga ke pagi. Kini, setelah sekian lama jogja di tinggalkan, apakah kamu masih memiliki jogja sebagai candu? Pergi untuk kembali? Atau berpaling namun setangkup rindu tertahan berpuing-puing?

Baca Juga: Akhir September, Ini Rekomendasi Film G30S PKI yang Layak Anda Tonton

Semoga di ulang tahunnya 2022 jogja yang memberi rindu menjadi candu, tetap sehat, untuk kokoh berdiri sebagai barometer keutuhan Nusantara, dan menjadi saksi kenangan -kenangan indah bersejarah yang tak akan lekang ditelan masa.

Penulis: Dewi Prabawani (Masyarakat Pemerhati Sosial di Jogjakarta)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peringatan HUT Kota Jogja dan Hegemoninya

Senin, 10 Oktober 2022 | 11:30 WIB

Sebuah Catatan Tentang Haul 5 Ulama DPW PKB DIY

Jumat, 22 April 2022 | 14:00 WIB

Catatan Sederhana Muktamar PBNU di Mata Mahasiswa

Senin, 27 Desember 2021 | 19:00 WIB
X