AYOYOGYA.COM -- Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur, mencatatkan realisasi investasi terbesar di Jawa pada capaian realisasi investasi Semester I 2022.
Sementara itu, Jawa Tengah hanya berada di urutan ke sembilan. Namun, Jawa Tengah justru bisa menduduki posisi kedua dalam hal penciptaan lapangan kerja dari investasi.
Ditengarai, hal tersebut karena rendahnya upah tenaga kerja di Jawa Tengah.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Tantang Menkominfo untuk Ngobrol di Close the Door
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Indra Darmawan, menyebut bahwa rendahnya upah menjadi daya tarik tersendiri dari Jawa Tengah dalam mengundang investasi padat karya.
"Fenomena ini tidak terlepas dari isu UMR per provinsi. Jawa Tengah adalah yang terendah di Jawa sehingga menjadi lebih kompetitif dalam menarik industri atau pelaku usaha yang bersifat labor intensive (padat karya)," kata Indra.
Melansir dari Republika, Indra menuturkan bahwa Jawa Barat yang ada di posisi teratas dalam daftar tujuan realisasi investasi pada Semester I/2022 memang masih didominasi investasi padat modal (capital intensive) seperti otomotif dan turunannya.
Baca Juga: Resep Tahu Bakso Khas Semarang Kres dan Enak, Lengkap Dengan Cara Membuatnya
"Di sepanjang koridor Bekasi-Karawang itu dominasi oleh industri (otomotif) teknologi tinggi dan untuk yang alas kaki, tekstil, garmen itu di Jawa Tengah yang sifatnya lebih padat karya. Karena itu kita bisa lihat kenapa Jawa tengah lebih kecil realisasi investasinya, tapi penyerapan tenaga kerjanya lebih tinggi, jadi bisa dilihat per sektor," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto mengakui upah minimum di wilayah Jawa Tengah yang rendah memang jadi pendukung utama investasi padat karya.
Namun ia mengingatkan selain masalah upah, penyerapan tenaga kerja juga tergantung dari kesiapan SDM di daerah.
Baca Juga: Download Video YouTube Jadi Lagu MP3 Menggunakan YTMP3, Bisa Pilih 2 Cara
"Ini perlu dipikirkan pemda bahwa investasi akan impactful (berdampak penuh) jika kondisi daerahnya juga mendukung. Mendukung bahwa tenaga kerjanya juga cukup atau mampu mendukung industri itu," katanya.
Teguh juga menyebut Jawa Tengah punya kombinasi klop, dimana industri yang datang adalah padat karya, UMP-nya cukup rendah dan masyarakatnya banyak dan kompeten.
Artikel Terkait
Tambahan Vaksin untuk Jawa Tengah Dinilai belum Signifikan
Subholding Gas Pertamina Tandatangani HOA dengan JPEN, Siap Kembangkan Pasar Gas Bumi Jawa Tengah
Komite BPH MIGAS Tinjau Kesiapan PGN Area Jawa Tengah-Jawa Timur Hadapi Ramadhan – Idul Fitri 2022
BPH Migas dan PGN Laksanakan Uji Petik Jargas di Area Jawa Tengah-Jawa Timur
Potensi Gempa Megathrust M 8,7 di Pantai Selatan Jawa Tengah, Kepala BMKG: Bukan Ramalan