Tuntutan hidup yang tinggi tak jarang memaksa para RCTI itu kemudian masuk dunia kelam atau dunia prostitusi.
Apalagi ada pandangan di kalangan masyarakat Indramayu ‘luru duit’ (cari duit). Pandangan menempatkan anak perempuan harus bisa mencari duit untuk membantu ekonomi keluarga. Ironisnya kerap kali luru duit itu dilakukan dengan praktek prostitusi karena kekurangan ketrampilan perempuan itu.
Film ‘Wadon Ora Didol’ (Perempuan Tidak Dijual) berkisah tentang praktek perkawinan anak yang masih terjadi di Indramayu hingga kini.
Film dokumenter yang merupakan hasil produksi kolaborasi Pamflet Generasi dan Watchdoc ini juga menggambarkan bagaimana efek perkawinan anak tersebut yang ikut mendorong munculnya prostitusi anak.
Baca Juga: Dari Horor Sampai Roman, Ini 7 Film Indonesia yang Akan Tayang Juli 2022
Film Wadon Ora Didol juga melakukan investigasi dengan menelusuri lokasi tempat praktek prositusi yang melibatkan anak terjadi di Indramayu dan testimoni perempuan yang menjadi pelaku prostitusi tersebut.
Film berdurasi 41 menit ini pada hari Minggu (3 Juli 2022) di launching berlokasi di Gedung Mama Soegra, Indramayu. Acara launching ini merupakan hasil inisiasi sejumlah komunitas pecinta film di Indramayu dan Dewan Kesenian Indramayu.
Pada acara ini selain dilakukan kegiatan nonton bareng film Wadon Ora Didol, juga diisi dengan pembacaan puisi dan pentas musik oleh seniman-seniman Indramayu.
Artikel Terkait
Viral Nessie Judge Ragukan Keaslian Kisah Nyata Film KKN di Desa Penari, Ini Klarifikasinya
Figuran Film KKN di Desa Penari Dibayar Rp75.000
Neo Keliling, Ajak Generasi Z Pahami Nilai Positif Film Srimulat: Hil yang Mustahal
Film Gatotkaca Tayang Serentak Hari Ini 9 Juni, Fedi Nuril Perankan Sosok Antagonis
Disbud Jogja Kenalkan Wayang Melalui Film Animasi Gathutkaca