"Kami sangat senang dapat membuka ruang ini untuk para seniman dan publik. Kegiatan hari ini menegaskan kembali komitmen kami untuk menjadikan seni sebagai bagian dari pengalaman para tamu. Pembukaan pameran ‘Living Lines’ menghadirkan kesempatan bagi semua yang hadir untuk merasakan Yogyakarta melalui perspektif seni kontemporer," ujarnya.
Melalui tiga bahasa visual yang berbeda, kritik ekologis Oceu, spiritualisme Oetje, dan kepekaan detail Becky, pameran ini mengajak publik meninjau ulang posisi manusia dalam lanskap ekologinya. Di tengah isu lingkungan yang kian mendesak, “Living Lines” hadir bukan hanya sebagai pameran seni, melainkan seruan halus agar manusia kembali menemukan garis hidupnya bersama alam. ***