YOGYA, AYOYOGYA.COM - Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta mencatat capaian membanggakan di tengah upaya pemerintah mengembangkan sektor medical tourism nasional. Setelah ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit penyelenggara wisata medis pada akhir 2024, penilaian publik terhadap Bethesda melonjak tajam, terlihat dari peningkatan ulasan positif di Google Review yang menembus rating 4,8 dari sebelumnya 4,1.
Lonjakan tersebut menjadi bukti bahwa inovasi pelayanan yang dihadirkan rumah sakit berusia 126 tahun ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern tanpa meninggalkan nilai-nilai pelayanan klasiknya.
Wakil Direktur Pengembangan Pendidikan, Riset, dan Pengembangan Mutu RS Bethesda Jogja, Wahyu Widiyanto, menjelaskan bahwa izin penyelenggaraan medical tourism diperoleh setelah melalui proses panjang dan seleksi ketat.
“Bethesda menjadi salah satu dari 28 rumah sakit di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata sebagai rumah sakit memberikan layanan medical tourism. Saat ini sudah mulai mengembangkan wisata kesehatan melalui kerja sama dengan beberapa kampus salah satunya UGM serta rumah sakit lainnya,” ujarnya, Kamis (6/11/2025).
Menurutnya, pengembangan wisata medis tak bisa dilakukan secara tunggal. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan agar konsep medical tourism benar-benar berdaya saing, termasuk dengan melibatkan dunia pendidikan, pelaku pariwisata, hingga hotel dan restoran.
“Saat ini kami bekerja sama dengan beberapa rumah sakit untuk membuat suatu board [board of tourism atau kelembagaan wisata kesehatan]. Kami sudah audiensi dengan GIPI, Dinas Pariwisata, bulan ini kami akan meluncurkan paket [destinasi wisata medis] merepresentasikan [wisata kesehatan] Jogja,” katanya.
Ia menambahkan, konsep wisata kesehatan yang dikembangkan tak terbatas pada layanan medis semata. Bethesda juga menggarap sektor wellness, seperti yoga, meditasi, dan terapi tradisional.
“Keunggulan yang dimaksud ini tidak selalu harus tentang medis, tetapi juga bisa wellness seperti pengobatan lainnya, yoga, meditasi dan lainnya, seperti di Thailand. Saat ini kami sedang berproses, tentu butuh dukungan banyak pihak,” ujarnya.
*Transformasi Budaya Layanan dan Dampak Digital*
Direktur RS Bethesda, Edy Wibowo, menyebut keberhasilan dalam program medical tourism tak lepas dari transformasi budaya pelayanan yang dijalankan sejak awal 2025.
“Salah satunya dengan meluncurkan transformasi budaya pelayanan berupa Smile Campaign Salsa Bejo atau Salam Sapa Bethesda Jogja pada Januari 2025. Program ini membangun budaya yang ramah, solutif dan penuh empati di lini pelayanan. Tidak hanya staf medis, penerapan program ini juga diberikan kepada staf non-medis,” ungkapnya.
Hasilnya, perubahan budaya pelayanan tersebut memberi dampak besar terhadap persepsi publik. Berdasarkan data internal, Google Review RS Bethesda naik signifikan dari 4,1 dengan 1.300 ulasan pada Januari 2025 menjadi 4,8 dengan 6.600 ulasan positif per Oktober 2025.
“Bahkan kami ada Satgas Senyum untuk melakukan monitoring dan evaluasi memastikan budaya keramahan ini berjalan dan perlahan selama sembilan bulan Google Review meningkat drastis,” katanya.
Selain medical tourism, Bethesda juga mengembangkan inovasi di bidang sport medicine. Rumah sakit ini menjadi rujukan bagi sejumlah atlet dan klub olahraga di Yogyakarta, termasuk PSIM Jogja.