Menurutnya, BPR dan BPRS berperan penting dalam mendampingi UMKM.
“Bisa dikatakan BPR ini seperti denyut nadi untuk pendampingan, permodalan, dalam menjalankan bisnis selama ini.” terangnya.
Joko menuturkan, idealnya ada 4 fase yang harus dilalui BPR dan BPRS agar berkontribusi besar terhadap UMKM di Indonesia. Fase perama, inisiasi saat UMKM baru berdiri dan membutuh modal dari lembaga keuangan formal.
Fase kedua, saat UMKM sedang berkembang dan belum mendapatkan pembiayaan dari perbankan umum, maka BPR dan BPRS memberikan pendampaingan dan modal usaha lebih besar dari fase pertama.
Fase ketiga, ekspansi di mana UMKM sudah maju dan berkembang. Setelah melalui fase 1 dan 2, menyambungkan ke pasar regional dengan teknologi. Fase keempat, BPR Mendorong UMKM agar bisa mandiri, ekspor dan Go Global.
Baca Juga: Begini Analisa Pakar UGM Terkait Ancaman Resesi 2023
Joko mengingatkan bahwa tantangan ke depan terkait dengan ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan berbagai hal seperti konflik Rusia-Ukraina, ancaman krisis energi dan tingginya harga minyak, perlu disikapi BPR dan BPRS dengan baik. Menurutnya, agar bisa bertahan dalam menghadapi tantangan tersebut, BPR dan BPRS harus dapat mendorong efisiensi dan memiliki daya saing.
Artikel Terkait
Meski Hilang Rp27,8 M per Hari, DIY Punya Bekal Hadapi Resesi
Konsumsi Masyarakat dan Resesi
Ulah Pandemi, Pendidikan Alami Resesi
Pengamat: Airlangga Unggul karena Modal KIB dan Menko
Prediksi Resesi di 2023, Ini Rekomendasi Pilihan Investasi Ekonomi yang Tahan Banting