Dilansir melalui laman FAQ HAARP di situs web University of Alaska Fairbanks, program ini dirancang untuk tujuan meneliti termosfer dan ionosfer.
Selain itu, program ini juga ditujukan untuk mencari pengembangan teknologi yang berkaitan dengan ionosfer demi komunikasi radio dan surveilans.
HAARP menggunakan sebuah pemancar radio frekuensi tinggi yang disebut dengan Ionospheric Research Instrument (IRI) untuk keperluan penelitian yang dibangun di Gakona, Alaska.
Namun belakangan ini, para penganut teori konspirasi membuat tuduhan bahwa HAARP digunakan AS sebagai senjata pengontol iklim yang dapat menyebabkan banjir bandang, kebakaran hutan hingga gempa bumi.
Baca Juga: Film Titanic 3D Cuma Tayang di Bioskop XXI Jogja Ini, Cek Jadwal & Harga Tiketnya Sekarang!
Melansir dari laman observers.france24.com, Menurut Mick West, seorang penulis sains dengan fokus pada teori-teori konspirasi cuaca dan bencana, HAARP bukanlah senjata rahasia.
Menurutnya, sebagai program penelitian, HAARP hanya memiliki pemancar radio di Alaska.
"Cara menyanggah teori konspirasi HAARP adalah coba menjelaskan ke orang-orang apa yang dilakukannya (program tersebut). Jelaskan ke mereka itu sebatas pemancar radio yang berada di satu lokasi di Alaska dan itu hanya mempengaruhi sejumlah kecil udara di atasnya," ungkap West.
"Jelaskan ke mereka bahwa kekuatan sebenarnya dari pemancar radio ini sangat, sangat kecil dibanding apa yang Anda perlukan jika Anda benar-benar ingin melakukan perubahan-perubahan sesuai dugaan Anda," imbuhnya kepada France24, bulan November 2021 lalu.
Baca Juga: Download Game GTA III Versi Mobile Untuk Main di Ponsel Android di Sini, Resmi Rockstar Games
Meski demikian, Mick West mengakui bahwa nyatanya beberapa negara, seperti halnya China dan Rusia, memang tengah mengembangkan teknologi untuk mengendalikan cuaca selama beberapa tahun.
Namun, teknologi tersebut baru bisa membuat perubahan berupa hujan kecil atau hanya sekedar memancarkan kabut dalam skala kecil.
Beberapa ilmuwan pun juga diketahui tengah mengerjakan ide-ide seperti cara menebar partikel guna menghalangi cahaya matahari demi menghadapi pemanasan global hingga memodifikasi lintasan badai.
Namun tentu saja, belum ada hasil yang memuaskan dari penelitian-penelitian tersebut.