umum

Mengenal Lebih Dalam Paes Ageng Yogya, Riasan Pengantin yang Dikenakan Erina Gudono

Sabtu, 10 Desember 2022 | 15:34 WIB
Paes Ageng Erina Gudono (Tangkapan Layar)

SLEMAN, AYOYOGYA.COM- Kaesang Pangarep telah resmi mempersunting gadis asal Yogyakarta yakni Erina Gudono. Akad nikah telah berlangsung dan secara resmi mereka menjadi sah sepasang suami istri.

Dalam akad nikah yang digelar di Pendopo Ambarrukmo, Sleman, DIY itu, Erina tampil dengan konsep riasan paes ageng khas Yogyakarta.


Ia mengenakan kebaya berwarna putih tulang yang anggun dipadu dengan kain batik. Di kepala terdapat riasan paes ageng khas Keraton Yogyakarta yang lancip berhiaskan prada emas yang mengelilinginya.

Apa dan bagaimana sebenarnya konsep riasan Paes Ageng ini?

Paes sendiri lebih dari sekadar pulasan penghias wajah mempelai wanita. Ada makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Menurut Yono, paes pengantin sendiri diambil dari riasan para penari tarian klasik Mataram Lama, tari Bedhaya.
Mulanya adalah Paes Ageng, yang merupakan hadiah dari Susuhunan Paku Buwono II untuk putranya, Mangkubumi yang memenangkan peperangan melawan Belanda dan mempertahankan tanah Jawa.

Baca Juga: SAH!! Kaesang Pangarep Resmi Jadi Suami Erina Gudono

Setelah Perjanjian Giyanti (1755), Kesultanan Mataram pecah dan terbagi menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningkat serta Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Paes pun terus berevolusi. Dari yang semula hanya boleh digunakan oleh orang-orang di lingkungan keraton, kini siapa saja boleh menggunakan riasan paes asalkan sesuai pakem atau tidak mengubah tatanan yang ada.


Paes ageng Yogyakarta merupakan salah satu penampilan mempelai wanita dalam adat Jawa. Selain paes ageng, ada beberapa konsep tata rias pengantin Jawa lainnya seperti Jogja putri, jangan menir, kanigaran, kasatriyan ageng, kasatriyan ageng selikuran, dan Jogja berkerudung tanpa paes.

Pada dasarnya, paes Jogja ini mengambil bentuk dasar dari paes ageng. Namun, dengan adanya sedikit perbedaan.

"Bentuk dan filosofinya semua sama," ujar Sumaryono dari Bidang Pendidikan DPD Himpunan Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati, Yogyakarta.

Baca Juga: Mengenal Desainer Aksesori Pernikahan Kaesang- Erina, Pernah Buatkan Perhiasan Madonna Hingga Katy Perry

Hanya saja, ada sedikit perbedaan dari bentuk paes atau guratan hitam di bagian pelipis mempelai wanita yang dibuat. Guratan paes pada adat Kasunanan Surakarta biasanya berbentuk lebih lebar. Sementara pada Kesultanan Yogyakarta, bentuk paes terlihat lebih lancip sebagaimana yang terlihat pada pelipis Erina.

Istilah yang digunakan untuk area paes paling besar yang terletak di tengah dahi pun berbeda. Pada paes Yogyakarta, area tersebut disebut dengan penunggul. Sementara pada paes Solo, area tersebut disebut sebagai gajahan.

Sumaryono menjelaskan filosofi penunggul dan gajahan sebenarnya sama yakni melambangkan kebesaran. Gajahan diambil dari kata gajah yakni hewan yang besar dan kuat.
"Penunggul ini paling besar, lambang kebesaran bahwa perempuan itu dihormati, dijunjung tinggi dalam rumah tangga," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini