umum

Cabut Laporan Atas KDRT Rizky Billar, Benarkah Lesti Kejora Terkena Sindrom Stockholm?

Sabtu, 15 Oktober 2022 | 08:21 WIB
Lesti Kejora (YouTube/ 3D Entertainment)

JAKARTA, AYOYOGYA.COM - Barusaja publik dihebohkan dengan kasus pencabutan laporan Kepolisian kasus KDRT yang dilakukan Rizky Billar pada istrinya pedangdut Lesti Kejora.

Pencabutan laporan ini membuat gemas hampir sebagian besar perempuan Indonesia. Pasalnya Lesti Kejora dianggap terlalu bucin hingga rela memaafkan sang suami yang beberapa kali melakukan kekerasan pada dirinya hingga masuk rumah sakit.

Banyak publik menduga benarkah Lesti Kejora mengalami Sindrom Stockholm?

Baca Juga: Ogah Diketahui Rizky Billar, Penyidik Periksa KDRT Lesti Kejora di Tempat Aman

Melansir dari berbagai sumber Stockholm syndrome atau sindrom Stockholm adalah gangguan psikologis pada korban penyanderaan yang membuat mereka merasa simpati atau bahkan menyayangi pelaku.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Stockholm syndrome diperkenalkan oleh seorang kriminolog, Nils Bejerot, berdasarkan kasus perampokan bank yang terjadi pada 1973 di Stockholm, Swedia.

Baca Juga: Meski Laporan Dicabut, Komnas Perempuan Desak Rizky Billar Tetap Diproses Hukum

Dalam kasus ini, para sandera justru membentuk ikatan emosional dengan para pelaku meski telah disekap selama 6 hari.

Sandera bahkan menolak bersaksi di pengadilan dan justru mengumpulkan dana bantuan hukum untuk membela pelaku.

Dalam suatu penyanderaan, para sandera umumnya akan merasa benci dan takut karena pelaku atau penculik kerap berlaku kasar, bahkan kejam. Namun, dalam kasus Stockholm syndrome, hal yang terjadi justru sebaliknya. Para korban justru merasa simpati terhadap pelaku.

Ada beberapa faktor yang mendasari munculnya Stockholm syndrome, di antaranya:

Baca Juga: Akun Instagram Rizky Billar Mendadak Hilang, 12 Juta Follower Bablas

Para penyandera dan korban berada di dalam ruangan dan tekanan situasi yang sama
Situasi penyanderaan berlangsung cukup lama, bahkan hingga beberapa hari
Penyandera menunjukkan kebaikan kepada para sandera atau setidaknya menahan diri untuk tidak melukai mereka
Para psikolog menduga jika Stockholm syndrome merupakan cara korban untuk mengatasi stres atau trauma yang berlebihan akibat penyanderaan.

Halaman:

Tags

Terkini