AYOYOGYA.COM -- Investasi bodong di masyarakat masih terus memakan korban, hingga membuat banyak kalangan rugi besar.
Bahkan tidak menutup kemungkinan banyak korban investasi bodong berasal dari kalangan yang berpendidikan.
Berarti latar belakang berpendidikan pun tidak bisa menjamin kalau tingkat literasi keuangan sudah membaik.
Baca Juga: Bikin Jamu Godok Rumahan? Yuk Simak Resepnya Langsung dari dr. Zaidul Akbar
Di tengah maraknya investasi bodong dan juga rendahnya tingkat literasi keuangan, serta minimnya pemahaman tentang investasi yang legal menjadi pintu masuk bagi para pemangsa dalam menawarkan investasi bodongnya.
Apalagi secara psikologi, banyak korban itu pada dasarnya tidak bisa menahan diri untuk cepat untung (greedy).
Untuk itu, masyarakat harus semakin waspada hingga menekan sifat greedy jika menerima tawaran imbal hasil menggiurkan yang tidak masuk akal.
Baca Juga: Ingin Memperbaiki Lambung dan Usus Agar Lebih Sehat? Yuk Konsumsi Minuman Ini Secara Rutin
Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menerbitkan berbagai aturan untuk memangkas investasi bodong.
Industri keuangan pun telah melakukan literasi dan edukasi sejalan.
Namun, sebagai target investasi bodong, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan, berhati-hati dengan tawaran berbunga tinggi, dan tau profil risiko diri.
Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U-20 2023: Israel Sukses Singkirkan Brasil
"Masyarakat biasanya terjerat investasi bodong karena ada iming-iming, sifat greedy, dan merasa mampu mengelola risiko," ujar Peneliti Senior Core Indonesia, Etikah Karyani Suwondo saat dihubungi di Jakarta. 4 Juni 2023.
Banyaknya masyarakat yang tertipu investasi bodong, kata dia, menandakan bahwa akses masyarakat ke jasa keuangan cukup tinggi (inklusi keuangan tinggi), namun literasi keuangan belum begitu baik dan perlu ditingkatkan.