Penguatan Ekonomi Syariah, HPN Dorong Adanya Edukasi Layanan Bank Syariah di Jogja

photo author
- Kamis, 24 April 2025 | 09:25 WIB
Diskusi Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kota Yogyakarta bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertajuk  “Menguntungkan kah Sistem Syariah?”.  (dok.)
Diskusi Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kota Yogyakarta bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertajuk “Menguntungkan kah Sistem Syariah?”. (dok.)

 

AYOYOGYA - Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya Indonesia menjadi pelopor sekaligus kiblat pengembangan keuangan syariah di negeri ini bahkan di dunia. Ini bukan merupakan impian yang mustahil mengingat potensi Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah sangat besar.

Akan tetapi, Ketua HPN Kota Yogyakarta, Yana Karyana pada kesempatan itu menyampaikan, masih kurangnya peminat pada Bank Syariah, melainkan masih pada Bank konvensional. Hal ini menjadi sorotannya dalam diskusi Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kota Yogyakarta bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertajuk “Menguntungkan kah Sistem Syariah?”.

Tentu ini menjadi tantangan perkembangan pasar perbankan syariah agar tetap eksis serta terus berkembang. Yana mendorong kepada BPD DIY Syariah untuk bisa lebih mencapai market warga Yogyakarta secara keseluruhan.

“Seperti di perbatasan Jogja dan Purworejo, minat masyarakat masih pada Bank Himbara konvensional, masih kurang peminat dari Bank Syariah, itu pengalaman pribadi saya sendiri saat transaksi disana,” kata Yana, Rabu (23/4/2025).

Sementara Abdul Kholik, Wakil Ketua HPN Kota Yogyakarta, mengatakan bahwa banyak masyarakat yang belum mengetahui secara detail terkait sistem perbankan syariah. Hal tersebut yang membuatnya belum melirik perbankan syariah dan tetap berada pada jalur perbankan konvensional.

Pihaknya pun ingin menggali lebih jauh sistem perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam itu. Dia menuturkan HPN sebagai bagian penggerak sebuah ekosistem ekonomi juga memiliki posisi yang strategis , dalam percaturan ekonomi terutama di Yogyakarta.

Bukan tanpa alasan, Abdul mengakui, sampai sejauh ini dirinya masih menggunakan layakan konvensional, dibandingkan layanan syariah. Sebab, edukasi dan literasi perihal perbankan syariah masih minim dan tidak sejak dini sehingga hanya sekedar tahu tetapi tidak ada keinginan untuk menggunakan perbankan syariah.

"Interaksinya masih kurang, sosialisasinya harus lebih masif lagi. Banyak warga atau pengusaha yang belum mengenal lebih dalam sistem perbankan syariah. Makanya, kita inisiasi dialog ini," ungkapnya.

Akademisi sekaligus pemerhati perbankan syariah, Edo Segara Gustanto, menambahkan, literasi masyarakat terhadap perbankan syariah sangat terbatas. Menurutnya, banyak beredar fakta miring Bank Syariah seperti adanya praktik bunga terselubung, tidak ada pembagian keuntungan yang jelas, ketergantungan terhadap sistem konvensional dan keterbatasan dewan pengawas syariah.

Kemudian produk yang tidak sepenuhnya syariah, keterbatasan akses dan literasi, kurangnya produk dan inovasi serta biaya administrasi dan layanan yang tinggi.

"Banyak umat Islam yang belum teredukasi dengan baik terkait perbankan syariah sehingga marjin tinggi penempatan kecil. Untuk itulah, Bank BPD DIY perlu jemput bola melakukan edukasi literasi keuangan syariah dengan menggandeng kalangan akademisi, HPN maupun organisasi pengusaha lainnya supaya terjadi inklusi keuangan syariah," jelasnya.

"Bank syariah harus bisa menjawab persoalan masyarkat seperti pinjol dan apa yang menyulitkan. Namun tetap, apabila kita hutang ya tetap hutang dan harus dibayar," tambahnya.

Atas masukan yang diberikan dalam diskusi ini, Pemimpin UUS Bank BPD DIY Arif Wijayanto mengatakan Bank BPD DIY Syariah siap untuk terjun ke lapangan untuk mengenalkan produk+produknya sekaligus menjelaskan perihal perbankan syariah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X