Tenar Horor Tapi Seru, Begini Ternyata Sejarah Lawang Sewu

photo author
- Kamis, 21 Juli 2022 | 14:00 WIB
Ilustrasi Objek Wisata Lawang Sewu di Semarang. (Instagram@lawangsewu_semarang)
Ilustrasi Objek Wisata Lawang Sewu di Semarang. (Instagram@lawangsewu_semarang)

SEMARANG, AYOYOGYA.COM- Lawang Sewu yang berada di Jalan Pemuda, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengaj, Kota Semarang, Jawa Tengah, merupakan bangunan bersejarah milik PT KAI yang pada awalnya digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Belanda yaitu Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Gedung yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun ini dibangun pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907, dan bangunan sekitar dibangun tahun 1916 dan selesai pada 1918. Bangunan ini dibangun di atas lahan seluas 18. 232m2.

Bangunan ini dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendang, arsitek yang berasal dari Belanda. Mereka mendesain Lawang Sewu dengan berbagai elemen lengkung dan sederhana, bangunan menyerupai huruf L dengan tiga bangunan utama berbentuk huruf U, serta memiliki banyak jendela dan pintu untuk sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak ini, masyarakat menyebutnya dengan Lawang Sewu atau seribu pintu. Namun jumlah sesungguhnya pintu dan jendela tidak mencapai seribu hanya 928 pintu dan jendela, namun jumlah ini termasuk jumlah fantastif untuk satu bangunan.

Baca Juga: Mengenal I'Ampelgading Homeland Bandungan, Salah Satu Destinasi Wisata Populer di Kabupaten Semarang

Ornamen lain dari bangunan ini, yaitu penggunaan kaca patri, yang bercerita tentang kemakmuran, dan keindahan jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang, Batavia, kota maritim dan kejayaan kereta api. Selain itu terdapat ornamen lain seperti tembikar pada lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak mdnara air yang dilapisis tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.

Tahun 1942-1946, saat kedatangan Jepang di Indonesia, Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai kantor Riyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang).

Tahun 1945, Lawang Sewu digunakan sebagai kantor Elsploitasi Tengah DKRI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia).

Tahun 1946 Lawang Sewu dipergunakan sebagai markas tentara Belanda sehingga kegiatan perkantoran DKARI pindah ke belas kantor de Zustermaatschappijen.

Baca Juga: Wisata Silancur Highland Magelang, Tawarkan Panorama Pegunungan yang Tak Terlupakan

Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949 gedung ini digunakan sebagai kodam IV Diponegoro. Lalu 1994 Lawang Sewu diserahkan kembali kepada kereta api (Perumka) yang kemudian statusnya berubah meniadai PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Tahun 2009 PT KAI merestorasi lawang sewu, dan pada tahun 2011 tepatnta pada 5 Juli, dilakukan peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu.

Setelah menjadi Cagar Budaya, Lawang sewu banyak menarik minat masyarakat untuk berkunjung, di hari kerja Lawang Sewu buka pukul 08.00-17.00 WIB, untuk Sabtu-Minggu, buka pukul 08.00-20.00 WIB.

Baca Juga: Intip Bali-nya Boyolali Bale Rantjah Park, Wisata Air dan Kuliner dengan Konsep Beach Club  

Tarif masuk ke gedung Lawang Sewu ini berbeda-beda. Untuk Dewasa dan Mahasiswa dikenai biaya sebesar Rp. 20.000 per orang, untuk anak-anak dan pelajar dikenai biaya Rp. 10.000 per orang, dan untuk turis mancanegara Rp. 30.000 per orang. Sedangkan tarif untuk photoshoot di Museum dikenai biaya sebesar Rp. 330.000 per jam.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahajeng Pramesi

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ayo Media Network Gelar Turnamen Golf

Jumat, 3 November 2023 | 20:33 WIB
X