JAKARTA, AYOYOGYA.COM - Barusaja publik dihebohkan dengan kasus pencabutan laporan Kepolisian kasus KDRT yang dilakukan Rizky Billar pada istrinya pedangdut Lesti Kejora.
Pencabutan laporan ini membuat gemas hampir sebagian besar perempuan Indonesia. Pasalnya Lesti Kejora dianggap terlalu bucin hingga rela memaafkan sang suami yang beberapa kali melakukan kekerasan pada dirinya hingga masuk rumah sakit.
Banyak publik menduga benarkah Lesti Kejora mengalami Sindrom Stockholm?
Melansir dari berbagai sumber, dr Rizal Fadli menyatakan kondisi langka, Stockholm syndrome dapat membuat seseorang yang menjadi korban sandera, justru menaruh simpati pada penjahat atau penculiknya. Fenomena ini pertama kali ditemukan di Stockholm, Swedia.
Berikut beberapa fakta yang perlu diketahui mengenai Sindrom Stockholm ini, yaitu:
Baca Juga: Cabut Laporan Atas KDRT Rizky Billar, Benarkah Lesti Kejora Terkena Sindrom Stockholm?
1. Berasal dari Kota Stockholm di Swedia
Istilah “Stockholm syndrome” diciptakan untuk menggambarkan apa yang terjadi pada korban perampokan bank pada 1973 di Stockholm, Swedia. Selama 6 hari, para perampok bank bekerja untuk menegosiasikan rencana dengan polisi yang akan memungkinkan mereka meninggalkan bank dengan aman.
Selama periode ini, sebagian besar karyawan bank yang disandera menjadi sangat simpatik terhadap para perampok. Bahkan setelah dibebaskan, para sandera menolak untuk meninggalkan penculiknya dan kemudian membela mereka.
Mereka juga menolak bersaksi di pengadilan melawan para perampok dan bahkan membantu mengumpulkan uang untuk membela mereka.
Kriminolog dan psikiater yang menyelidiki peristiwa tersebut menyebut kondisi mereka sebagai Stockholm syndrome. Karena menjadi jelas bahwa karyawan bank yang jadi sandera telah mengembangkan semacam kasih sayang terhadap orang-orang yang menahan mereka.
2. Strategi Bertahan Hidup yang Delusif
Stockholm syndrome adalah kondisi yang tidak jelas penyebabnya. Namun, menurut studi pada 2015 di International Journal of Advanced Research, sindrom ini disebut sebagai strategi bertahan hidup yang delusif.
Ketika penyelidik FBI mewawancarai pramugari yang disandera selama pembajakan pesawat, mereka menyimpulkan bahwa ada 3 faktor yang diperlukan untuk mengembangkan stockholm syndrome, yaitu: