umum

Triple Crown: Gelar Paling Sulit di Dunia Pacuan Kuda, Mengapa?

Senin, 7 Juli 2025 | 15:07 WIB
Dalam jagat pacuan kuda, tak ada gelar yang lebih sakral dan sulit digapai selain Triple Crown. Gelar yang hanya bisa direbut sekali seumur hidup oleh seekor kuda (Dok.)

YOGYA, AYOYOGYA.COM — Dalam jagat pacuan kuda, tak ada gelar yang lebih sakral dan sulit digapai selain Triple Crown. Gelar yang hanya bisa direbut sekali seumur hidup oleh seekor kuda, kini tinggal selangkah lagi diraih di Indonesia. Tanggal 27 Juli mendatang akan menjadi titik krusial sebuah momentum yang berpotensi mencetak sejarah baru.

"Banyak yang mencoba, hanya sedikit yang berhasil. Dan kini, Indonesia menanti apakah 27 Juli nanti, bisa menjadi hari di mana mahkota itu kembali menemukan tuannya. Dari situ kita lihat, begitu sulit meraih Triple Crown Indonesia," ujar Ketua Komisi Pacu PP PORDASI, Ir. H. Munawir, dalam keterangannya, Senin (7/7/2025).

Triple Crown bukanlah kemenangan biasa. Ini adalah tonggak kejayaan yang hanya diraih oleh yang terbaik dengan kecepatan, daya tahan, strategi jitu, dan mental baja. Sebuah puncak karier bagi kuda, joki, pelatih, bahkan pemiliknya. Triple Crown hanya berlaku bagi kuda pacu usia tiga tahun, menjadikan momen ini sangat istimewa. Sekali gagal, kesempatan itu lenyap selamanya.

Kesulitan utama Triple Crown tidak hanya pada kualitas lawan yang setara, tetapi juga pada keragaman tantangan tiap balapan, mulai dari variasi jarak, kondisi trek, waktu istirahat yang pendek, hingga tekanan publik. Tak banyak kuda yang pernah sukses menyapu bersih ketiganya. Nijinsky adalah nama terakhir dalam daftar itu, sejak tahun 1970.


Triple Crown: Mimpi Setiap Negara Pacuan

Triple Crown adalah gelar yang diimpikan oleh setiap negara yang memiliki tradisi pacuan kuda. Di Amerika Serikat, hanya 13 kuda dalam sejarah panjang yang mampu menyapu bersih Kentucky Derby, Preakness Stakes, dan Belmont Stakes. Justify adalah yang terakhir, pada tahun 2018.

Dalam sejarah satu setengah abad Triple Crown Amerika Serikat, hanya 13 kuda yang berhasil mencatatkan namanya sebagai juara sejati.

Di Inggris, tanah kelahiran pacuan modern, Triple Crown dianggap nyaris mustahil. Sejak Nijinsky meraihnya pada 1970, belum ada lagi yang berhasil.

"Hingga kini, hanya 15 kuda yang pernah sukses menyapu bersih ketiganya. Nijinsky adalah nama terakhir dalam daftar itu, sejak tahun 1970," lanjutnya.

Sementara itu, Jepang dengan Triple Crown versi mereka, atau Sambakan, menyandingkan konsistensi dan kesabaran luar biasa. Hanya delapan jantan terbaik yang berhasil menyelesaikan ketiganya. Sementara untuk kuda betina, Triple Tiara menjadi simbol kejayaan tersendiri, seperti yang dicapai Liberty Island pada 2023.

Australia bahkan punya dua versi yakni untuk jarak jauh dan jarak pendek. Tapi satu hal yang pasti, siapa pun yang bisa mengklaim Triple Crown akan selamanya dicatat sebagai raja atau ratu lintasan.

Indonesia: Menatap Mahkota dengan Harap dan Tegang

Dengan dua kemenangan sudah di tangan, kini Indonesia berada di persimpangan penting. Jika sang kuda mampu menuntaskan seri ketiga, maka Triple Crown Indonesia akan punya nama baru untuk disematkan sebuah catatan emas bagi sejarah pacuan kuda nasional.

"Tidak mengherankan jika dalam sejarah panjang pacuan kuda di seluruh dunia, hanya segelintir yang berhasil mengunci tiga kemenangan dan menyematkan gelar Triple Crown Champion di namanya,"

Halaman:

Tags

Terkini