YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM- Terkini, Indonesia sedang hangat di perbincangkan munculnya kasus gagal ginjal akut yang misterius pada anak.
Mengapa disebut misterius?
Hal ini karena penyakit gagal ginjal akut ini menyerang tiba-tiba pada anak bahkan bayi yang belum pernah mendapatkan obat sama sekali.
Beberapa kasus terjadi bayi yang baru mengkonsumsi ASI dan Makanan Pendamping (MP) ASI buatan orangtuanya tak luput dari serangan gagal ginjal akut yang misterius ini.
Orangtua dipastikan panik, gelisah dan was-was. Lebih-lebih, hingga hari ini belum diketahui penyebabnya.
Dunia ilmu pengetahuan, sangat mudah dipahami, bahwa hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu, sifatnya statistis. Sehingga, pengujiannya butuh waktu lama dan perlu langkah konservatif untuk meminimalkan kasus-kasus baru.
Hal tersebut tidak hanya terjadi di Ilmu Kedokteran, pada Ilmu Teknik-pun terjadi. Bahkan lebih ekstrim, sesuatu yang sudah diketahui dengan pasti, karena tidak ada jalan untuk menghindar, maka hal tersebut diresikokan, dengan memasang faktor keselamatan dan cost yang tinggi.
Kemenkes RI untuk sementara waktu menghentikan pemberian obat dalam wujud sirup bagi anak-anak, sampai hasil pengujian laboratorium menunjukkan dengan pasti atau paling tidak konvergen pada hal-hal yang mempunyai keterulangan tinggi gagal ginjal akut pada anak.
Baca Juga: Binda DIY Miliki 2 Sentra Vaksinasi di Sleman, Yuk Cek Mana Saja?
Menurut hemat saya adalah langkah konservatif yang tepat dari Kemenkes RI.
Langkah itu lumrah atau lazim di dunia ilmu pengetahuan. Bahkan, dalam kondisi ekstrim dan gelap gulita, kita para ilmuwan, dijinkan berspekulasi.
Usul saya lebih digiatkan lagi aksi dan peran tenaga kesehatan dalam deteksi dini suatu penyakit khususnya yang berpotensi menimbulkan endemi dan pandemi.
Kemampuan Indonesia mendeteksi dini suatu penyakit dan pengambilan tindakan medis yang tepat, cepat dan akurat, harus dibangun lebih serius kedepan. Kondisi ini bukan hanya dari sisi peralatan analitik dan diagnosis, namun juga pengembangan SDM Kesehatan.