SLEMAN, AYOYOGYA.COM – Dari sudut desa di Tempel, Sleman, lahir sebuah inisiatif kreatif yang kini menembus pasar internasional. Hamesha Studio, rumah produksi kerajinan yang dirintis oleh pasangan Zaira Bertels asal Rusia dan Gust Bertels, berhasil mengubah limbah menjadi produk bernilai tinggi yang digemari konsumen global.
Dengan mengandalkan material sisa seperti kain perca, potongan kayu, hingga plastik bekas, Hamesha menciptakan beragam furnitur, dekorasi rumah, dan aksesori yang tidak hanya estetik tetapi juga ramah lingkungan. Sentuhan seni dari tangan-tangan pengrajin lokal menjadikan setiap produk memiliki karakter unik dan bernilai ekspor.
"Prinsip kami sederhana, bagaimana sesuatu yang dianggap tidak bernilai bisa hidup kembali dengan wajah baru. Dari situlah kami memulai, dan ternyata pasar internasional sangat terbuka dengan ide ini," jelas Zaira Bertels, Co Founder Hamesha Studio, Sabtu (23/8/2025).
Baca Juga: Memeriahkan HUT RI ke-80, TUKU Bawa Bantuan dan Keceriaan ke SDN 24 Rumbih
Tak sekadar tempat produksi, Hamesha membangun sebuah ekosistem kreatif dengan memadukan 14 jenis kerajinan tradisional Indonesia, mulai dari kayu, keramik, logam tempa, hingga tekstil tenun dan kaca tiup. Konsep lintas material ini membuka peluang kolaborasi yang menghasilkan desain otentik dan sulit ditiru.
Salah satu produk andalan mereka adalah diffuser keramik bertema Gunung Merapi yang telah dikirim ke berbagai penjuru dunia, seperti Jepang, Rusia, Jerman, Belanda, dan Azerbaijan.
Pasar Eropa terbukti memberikan respons positif. Menurut Zaira, konsumen dari negara seperti Jerman dan Belanda sangat menghargai konsep daur ulang dan keberlanjutan.
"Kami tidak hanya membuat produk, kami membangun narasi budaya. Semua ide, sketsa, dan proses produksi kami lakukan di sini. Kami menggabungkan desain Eropa dengan kearifan dan keterampilan pengrajin Indonesia," ujarnya.
Lebih dari sekadar bisnis, Hamesha juga memberi dampak sosial. Sekitar 100 tenaga kerja lokal, termasuk komunitas pengrajin tradisional yang sebelumnya belum tersentuh pasar ekspor, kini terlibat aktif dalam produksi.
"Yogyakarta punya potensi besar untuk ikut serta dalam ekonomi hijau global. Hamesha hanya salah satu contoh kecil, tapi kami berharap bisa menginspirasi lebih banyak pelaku kreatif lain," tambahnya.
Dalam waktu dekat, Hamesha bersiap meluncurkan inisiatif baru. Di antaranya Hamesha Lifestyle Collection yang akan diperkenalkan ke pasar global pada Januari 2027, serta Hamesha.Design, platform digital berbasis AI yang akan mempertemukan pengrajin lokal dengan desainer dunia.
"Kami tidak ingin menjadi sekadar studio atau pabrik. Kami ingin menjadi jembatan antara dunia, membuktikan bahwa kerajinan tangan Indonesia bisa menjadi pemain utama di panggung global," kata Zaira dengan optimis.
Pemerintah desa pun menyambut baik kehadiran Hamesha. Lurah Lumbungrejo, Tempel, M. Misbah Al Hakim menyatakan dukungan penuh atas aktivitas studio tersebut.
Baca Juga: Transformasi Media Digital Jadi Fokus Utama di Jabar Media Summit 2025 Bandung
"Semakin besar dan berkembang perusahaannya, harapannya semakin banyak warga kami yang bisa bekerja dan berkembang di sini. Kami sangat mendukung dan menyambut baik kehadiran Hamesha," ungkapnya.