khazanah

Sudah Ada Sejak Jaman Dahulu Kala, Ini Sejarah dan Filosofi Tumpeng Nasi Kuning

Senin, 25 Juli 2022 | 11:30 WIB
Ilustrasi Tumpeng, Masakan Khas Indonesia yang Memiliki Banyak Filosofi. (Pixabay.)

YOGYAKARTA, AYOYOGYA.COM- Nasi berwarna kuning, berbentuk kerucut, yang disajikan dengan berbagai lauk dan lalapan atau sering disebut Tumpeng ini, adalah masakan yang sering ada dalam perhelatan besar seperti hari ulang tahun, ulang tahun pernikahan, tasyakuran, kenduri, hajatan, dan upacara hajatan lainnya.

Keberadaan Tumpeng, yang hanya ada di perhelatan khusus, bukan tidak memiliki arti. Tumpeng memiliki banyak makna, dan filosofi, itu sebabnya Tumpeng tidak sembarang dibuat.

Baca Juga: Nikmati Sensasi Pedas dan Gurih Dawet Sambal, Kuliner Unik Khas Kulonprogo yang Menarik

Berikut makna dan filosofi Tumpeng

1. Melambangkan gunung
Bentuk tumpeng yang mengerucut ke atas, melambangkan gunung. Gunung merupakan tempat tertinggi dan dekat dengan langit dan dekat pula dengan Tuhan. Dalam kepercayaan agama Hindu, daerah oegunungn merupakan lokasi tempat tinggal para dewa dewi, dan sang hyang atau parahyangan. Bentuk kerucut yang menyimbolkan gunung ini, dala. masyarakat Hindu sebagai bentuj mengungkapkan rasa terima kasih dan permohonan keselamatan kepada dewa dewi.

2. Warna kuning pada nasi tumpeng
Warna kuning pada nasi tumpeng yang berasal dari kunyit, Warna kuning melambangkan kekayaan dan kemakmuran, yang serupa dengan warna kepingan emas sebaga simbol kekayaan dan warna padi yang akan dipanen sebagai simbol kemakmuran, dan juga melambangkan Dewi Sri atau dewi padi. Dari makna tersebut, diharapkan penyelenggara hajatan akan dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan.
Di masyarakat bali, warna kuning sebagai simbol perwujudan Mahadewa yang sangat sakral. Oleh sebab itu warna kuning sangat umum dijadikan warna dominan dalam perayaan Hari Raya Kuningan masyarakat Hindu-Bali.

Baca Juga: Mengulas Sejarah Natto Kuliner Khas Jepang , Digunakan untuk Challenge di TikTok karena Rasa yang Aneh

3. Makna kata Tumpeng
Kata tumpeng, dalam bahasa Jawa bermakna "tumapaking panguripan-tumindak lempeng-tumuju pangeran" yang artinya "tertatanya hidup, berjalan lurus kepada Tuhan". Selai itu kata tumpeng juga bermakna "yen metu kudu mempeng" yang artinya "jika keluar harus semangat". Kata "metu" bermakna manusia yang lahir dari rahim ibunya, dan juga keluar dari rumah untuk mencari nafkah.

4. Filosofi pada lauk pauk
Telur, memiliki makna permulaan sebuah kehidupan. Namun telur yang disajikan masih lengkap dengan cangkangnya memiliki filosofi, etos kerja, dimana sesuatu yang dijerjakan harus dengan teliti, hal ini disimbolkan saat mengupas telur harus berhati-hati.

Urap, yang terdiri dari berbagai macam sayuran, dalam bahasa jawa urap berasal dari kata "urip iku urup" yang artinya "saling menerangi". Sayuran di ural juga memiliki makna sendiri misalnya kangkung, dalam bahasa jawa kangkung berasal dari jinangkung (melindungi), tauge dalam bahasa jawa tokolan atau thukul ( tumbuh) juga sebagai simbol tumbuhnya kehidupan. Kacang panjang juga memiliki simbol berpikir jauh ke depan.

Baca Juga: Sigandul View Temanggung, Combo Wisata Alam dan Wisata Kuliner, Bikin Betah!

Biasanya lauk pauk terdiri dari tujuh macam yang memiliki makna pitulungan atau memohon pertologan. Lauk pauk dalam tumoeng juga memilii arti sebagai simbil ekosistem kehidupan. Sayuran menggambarkan alam tumbuhan, dan lauk pauk menggambarkan alam hewan atau fauna.

Pemotongan tumpeng pun ada tatacaranya, yaitu bagian puncak diberikan kepada seseorang yang di tuakan dan di hormati.

Demikian ulasan mengenai filosofi tumpeng nasi kuning semoga bermanfaat.

Halaman:

Tags

Terkini